Berita / Ceramah

Dana Bukan Sembarang Dana


Puja Bakti Umum
Minggu, 29 September 2019
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: Rmi. Lindaningsih
Tema Dhamma: Dana bukan Sembarang Dana
Penulis & Editor: Lij Lij


Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)

Kebahagiaan yang luar biasa dapat hadir di Vihara dan berkumpul dengan dengan orang-orang 'pilihan'. Mengapa disebut orang-orang pilihan? Ya, karena kita yang hadir di Vihara ini adalah orang-orang yang berhasil menaklukkan dirinya sendiri (bukan berhasil menaklukkan musuh) dengan memilih datang ke Vihara daripada menghabiskan waktu libur untuk pergi bersenang-senang ataupun bermalas-malasan di rumah. Kita yang hadir di Vihara ini adalah orang yang luar biasa hebat.

Dihari yang bahagia ini, di Vihara kita juga mengadakan donor darah. Banyak sekali orang yang datang untuk mendonorkan darahnya.
Donor darah adalah termasuk dana; bahkan dana yang luar biasa karena mendanakan bagian dari diri kita. Sungguh beruntung, sungguh bahagia bagi orang yang dapat mendonorkan darahnya; sungguh luar biasa.

Dana kelihatan mudah untuk dilakukan tapi tunggu dulu; dana yang bukan sembarang, dana yang benar-benar tulus; bagaimana?

Contoh; ketika ingin berdana 'buah pear' ke altar Sang Buddha, kita cari uang dikantong sendiri ternyata tidak ada. Lalu mencari di laci rumah ternyata ketemu uang yang entah milik siapa.
Lalu kita bergegas membeli buah pear dan diletakkan di altar. Bukankah kita hebat karena telah berhasil berdana buah pear di altar? TIDAK!
Dana tersebut adalah dana yang 'tidak bersih' tidak baik karena uang untuk membeli buah tersebut adalah hasil mencuri.

Sekarang kalau uang untuk membeli buah adalah hasil dari kerja sendiri. Kemudian dengan uang tersebut kita pergi ke supermarket untuk membeli buah dan dapat 5 buah. Sampai di rumah, ternyata ada 3 buah yang kurang baik (sedikit bonyok, seperti ada ulatnya, bentuknya tidak bagus) sedangkan yang 2 buah lagi kualitasnya baik. 2 buah yang kualitasnya baik tersebut kita simpan untuk diri sendiri sedangkan yang 3 buah kurang baik kita persembahkan ke altar. Apakah ini berdana yang baik?? TIDAK!
Dana seperti ini tidak baik karena yang didanakan bukanlah yang terbaik, tapi yang jelek.
Dana yang baik adalah memberikan yang terbaik.

Lalu bagaimana dengan berdana pakaian Bekas untuk korban bencana? Apakah berarti kita harus mendanakan baju yang baru kita beli dengan uang 'bersih' dan yang terbaik yang kita miliki? Berat bukan?
Jika kita berhasil 'melepas'nya maka kita akan sukses dalam berdana karena kita berhasil mengalahkan diri sendiri.
Mampukah kita untuk melakukannya?

Di zaman Sang Buddha, ada seorang bhikkhu Upananda pengkhotbah yang sangat hebat. Tetapi ia tidak pernah mempraktekkan apa yang diajarkannya kepada orang lain. Ketika masa vassa tiba, bhikkhu Upananda bertanya ke 1 Vihara berapa jubah yang akan
diterimanya jika ia ber-vassa disana. Dijawab bahwa biasanya setiap bhikkhu menerima 1 jubah. Upananda lalu meninggalkan sandalnya di Vihara tersebut.
Di Vihara ke 2, ia pun menanyakan hal yang sama dan dijawab 2 jubah; ia pun meninggalkan tongkatnya disana. Di Vihara ke 3 dijawab 3 jubah; ia pun meninggalkan botol airnya. Dan sampai akhirnya di Vihara yang menjawab bahwa masing-masing bhikkhu akan mendapat 4 jubah, maka Upananda pun memutuskan untuk tinggal selama masa vassa.
Pada akhir vassa, bhikkhu Upananda mengumpulkan semua jubah dari Vihara-vihara tersebut untuk dirinya sendiri. Dalam perjalanan, ia bertemu 2 bhikkhu muda yang memperebutkan 2 jubah dan 1 selimut beludru. Upananda menyelesaikan perselisihan tersebut dengan memberikan masing-masing bhikkhu 1 jubah; dan mengambil selimut beludru tersebut sebagai upah penyelesaian masalah. Kedua bhikkhu muda yang merasa tidak puas kemudian menemui Sang Buddha.
Kepada mereka, Sang Buddha berkata "Seseorang yang mengajar orang lain, seharusnya mengajar dirinya sendiri terlebih dahulu dan berkelakuan sebagaimana yang ia ajarkan"

Sang Buddha mengajarkan kita untuk tidak hanya pandai menceramahi orang lain tetapi kita harus pandai mendidik diri kita sendiri.
Jadi kita disini adalah sama-sama belajar, sama-sama mengembangkan diri.

Sukses berdana adalah melepaskan yang terbaik yang diperoleh dari hasil sendiri dan diberikan dengan tulus.

Dana kathina di bulan kathina dapat dilaksanakan sebulan penuh.
Kathinapuja hanya dapat dilakukan di Vihara didiami oleh lebih dari 4 Bhikkhu selama masa vassa. Untuk berdana Kathina akan tepat waktu jika dilakukan selama bulan kathina.
Inilah yang dikatakan dana tepat waktu.

Syarat berikutnya adalah menghindari berdana (barang) yang tidak layak.
Dana (barang) yang tidak layak misalnya: racun; berdana sisir / parfum kepada bhikkhu.

Berdana yang baik juga harus dilakukan dengan perasaan yang tenang, tidak sembunyi-sembunyi. Bahkan jika perlu diketahui oleh seluruh anggota keluarga sehingga semua dapat turut berbahagia.

Hal-hal yang baik hendaknya dilakukan secara rutin. Demikian hal nya dengan berdana hendaknya dilakukan secara rutin, terus menerus. Ibarat batu yang disiram air akan basah sekejap saja; namun jika batu ditetesi air terus menerus maka batu itu akan berlubang.
Ketika kita berdana secara rutin terus menerus tanpa henti maka manfaatnya akan sangat besar.

Berdana dengan bijaksana adalah berdana kepada mereka yang menjalankan sila dengan baik. Lantas bagaimana jika ada orang yang tidak menjalankan sila yang membutuhkan pertolongan, apakah tidak perlu kita tolong? Tentu tidak demikian, kita boleh berdana kepada siapa saja yang membutuhkan. Alangkah baiknya jika yang menerima dana kita adalah orang yang menjalankan sila.

Inilah berdana yang bukan sembarang dana.
1. Bersih
2. Terbaik
3. Tepat waktu
4. Layak
5. Bijaksana
6. Rutin / terus menerus
7. Sebelum berdana pikiran tenang dan senang
8. Ketika berdana juga senang
9. Setelah berdana merasa bahagia
Kesemua itu lebih merujuk kepada dana 'barang'.

Dana lain selain barang (atau uang) yang sangat-sangat sulit dilakukan adalah dana 'memaafkan'. Memberi maaf tidak hanya di mulut tetapi memaafkan dengan setulus hati dan melupakan sama sekali tidak mengungkit kembali dikemudian hari.

Kita terkadang seperti memakai topeng. Kita berusaha menjaga sikap ketika berhubungan dengan orang lain; namun sebaliknya ketika kita berhadapan dengan keluarga kita sendiri.
Menutupi 'wajah asli' kita dengan topeng untuk menciptakan image baik didepan orang lain supaya kita terlihat baik.
Kita banyak melakukan sesuatu dengan topeng, dengan kepura-puraan. Seharusnya apa yang dapat kita lakukan kepada orang lain, dapat kita lakukan pula terhadap keluarga kita maupun terhadap diri kita sendiri.
Sering pula kita menghakimi diri sendiri, tidak dapat memaafkan kesalahan diri sendiri.
Yang sudah terjadi, itu sudah berlalu. Lakukanlah banyak kebajikan.

Dana yang paling murah adalah senyum. Menyapa dengan senyum kepada orang lain biasanya akan dibalas dengan senyum pula. Senyum menularkan kebahagiaan.

Dana tidak hanya berupa uang, barang, tenaga, tetapi juga kerelaan. Dana yang penting adalah ketulusan kita, kerelaan kita.

Demikian yang dapat didokumentasikan. Mohon maaf jika ada kesalahan pendengaran dan pemahaman.
Semoga bermanfaat.
Sādhu, sādhu, sādhu




Related Postview all

Mengubah Pikiran Mengubah Nasib

access_time01 Oktober 2019 - 00:28:37 WIB pageview 8456 views

Orang hebat tentu tidak terjadi begitu saja. Ketika ada 2 orang yang melakukan sesuatu hal yang sama; yang 1 berhasil, yang 1 lagi tidak berhasil. Sekilas kita melihat bahwa keduanya ... [Selengkapnya]

Bakti Kepada Leluhur

access_time24 September 2019 - 13:17:23 WIB pageview 10662 views

Tradisi sembahyang Cit-Gwee  dan pelaksanaan patidana yang sering kita lakukan, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui terkait dengan Dhamma. Meluruskan beberapa pandangan yang ... [Selengkapnya]

Menghadapi Kehilangan

access_time08 September 2019 - 23:37:53 WIB pageview 8685 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Ratiyā jāyatī soko,ratiyā jāyatī bhayaṁRatiyā vippamuttassa,natthi soko kuto bhayaṁ. Dari kemelekatan timbul ... [Selengkapnya]

Atthalokadhamma - 8 Kondisi Kehidupan di Dunia

access_time01 September 2019 - 02:47:29 WIB pageview 14296 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) Tujuan kita datang ke vihara adalah untuk belajar Buddha Dhamma, guna meraih kebahagiaan. Mengapa kita mau belajar Buddha Dhamma? ... [Selengkapnya]

Practice Our Mind, Healing Our Body

access_time21 Agustus 2019 - 23:33:35 WIB pageview 7612 views

Ketika kita diberitahukan hal yang baik tentang diri kita seakan timbul rasa ragu, perasaan minder, merasa tidak pantas, apa benar kita baik?? Sebaliknya ketika kita diberitahu keburukan ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu