Berita / Ceramah

Practice Our Mind, Healing Our Body


Puja Bakti Umum
Minggu, 18 Agustus 2019
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: Nancy Marduli S. Sn, C.Ht
Tema Dhamma: Practice Our Mind, Healing Our Body


Ketika kita diberitahukan hal yang baik tentang diri kita seakan timbul rasa ragu, perasaan minder, merasa tidak pantas, apa benar kita baik?? Sebaliknya ketika kita diberitahu keburukan kita, kita merasa kesal, panas, marah. Lalu maunya apa sech? Manusia memang membingungkan. Makanya beruntung dalam kondisi kebingungan inilah kita berkesempatan bersama-sama berkumpul hari ini, sama-sama belajar Dhamma. Itulah salah satu 'luar biasa'-nya kita. Dan satu lagi yang membuat kita luar biasa adalah di hari libur ini kita memilih datang ke Vihara mengorbankan waktu untuk memperjuangkan kebajikan untuk diri kita sendiri karena kita tau bahwa kita berbuat baik bukan untuk siapa-siapa tetapi adalah untuk diri kita sendiri.

Apresiasi untuk kita semua.

Tubuh? dan Pikiran? Mana yang lebih penting?
Ada yang bilang kalau tubuh kita sakit maka pikiran kita jadi tidak bisa sehat; ada pula yang berpendapat bahwa pikiran harus sehat dulu baru dapat memiliki tubuh yang sehat.

Yang benar adalah Pikiran yang sehat dulu, baru bisa ada tubuh yang sehat. Mengapa demikian?

Monkey Mind (Pikiran Monyet)
Pikiran kita selalu meloncat-loncat, selalu bercabang-cabang.
Yang disebut 'monkey' adalah kesadaran kita. Kesadaran kita selalu berpindah-pindah. Ketika kita bermeditasi (dengan objek nafas masuk-nafas keluar) entah berapa banyak pikiran kita berloncat-loncat, bercabang-cabang.
Ketika pikiran kita lari ke arah positif (yang enak-enak) kita akan merasa bahagia dan mungkin betah untuk berlama-lama; tetapi sebaliknya ketika pikiran kita berlari ke arah negatif maka kita akan merasa tidak nyaman, gelisah tidak karuan.

Pikiran adalah Pelopor - Buddha
What we think, we become; kita menjadi seperti yang kita pikirkan; maksudnya adalah ketika kita berpikiran negatif maka perasaan akan menjadi negatif (kesal, benci, dongkol, merasa dicuekin, marah, muncul prasangka-prasangka buruk).
Sebaliknya ketika kita berpikiran positif maka perasaan yang timbul adalah positif; perasaan yang tenang akan mengembangkan kebajikan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan positif.

Kita menjadi seperti yang kita pikirkan.
Pikiran adalah pelopor. Ketika kesadaran kita meloncat ke pikiran negatif maka kita akan merasakan hal negatif, ketika merasakan hal negatif maka kita akan melakukan kembali melalui pikiran, ucapan, perbuatan semuanya negatif.
Namun ketika kesadaranku meloncat ke pikiran positif maka kita akan merasakan hal-hal positif; nyaman, enak, tenang, bahagia. Dan ketika kita merasakan kenyamanan, ketenangan, kebahagiaan maka kita akan melakukan kembali pikiran, ucapan, perbuatan, semuanya positif. 

What we think, we create.
What we feel, we attract.
What we imagine, we become.
-Buddha-

Apa yang kita pikirkan, kita akan mulai menciptakan. Apa yang kita rasakan, kita akan menariknya. Apa yang kita bayangkan, kita akan menjadi.

Placebo
Berasal dari kata kerja latin yang artinya 'menyenangkan'.
Percobaan placebo dilakukan pada tahun 1801. John Haygarth, seorang dokter di abad ke-18 asal Inggris menyatakan bahwa eksperimen tersebut dengan jelas membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu HARAPAN dan KEYAKINAN.
Placebo merupakan hubungan antara tubuh dan pikiran.
Sebenarnya banyak 'effect placebo' yang masuk dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pikiran Negatif
Menghasilkan stress, frustasi, sedih, ketakutan, rasa bersalah, depresi, kecemasan berlebihan, cemburu, keraguan, dan sebagainya. Ketika kita merasa tidak nyaman maka itu berarti kita dipenuhi oleh pikiran negatif. Tubuh dan pikiran ini sangat berhubungan; ketika tubuh kita merasa tidak enak, sering sakit, merasa capek / lelah, sering merasa kesal / ingin marah dsb, itu berarti pikiran kita tidak sehat.
Maka kita perlu mengobati pikiran kita terlebih dahulu agar kemudian tubuh kita bisa sehat kembali.
Pikiran negatif akan meningkatkan tekanan darah yang menyebabkan sistem perlawanan yang membuat sistem tubuh kita bekerja tidak normal.
Jika kita berpikiran negatif maka otak akan menjadi lamban, aktifitas menurun dibagian cerebellum sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan masalah; juga mempengaruhi bagian depan otak yaitu frontal lobe yang memutuskan apa yang penting berdasarkan pada apa yang paling menarik perhatian kita. Semakin banyak pikiran negatif maka otak tidak sulit membedakan antara pikiran negatif dan bahaya sehingga akan mempengaruhi emosi dan tekanan darah yang pada akhirnya menimbulkan masalah-masalah mental lainnya (depresi, cemas, gangguan kepribadian) dan juga masalah kesehatan tubuh kita (sakit kepala, pencernaan, berat badan, otot, dsb).
Untung saja otak mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dan beradaptasi terhadap latihan yaitu mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif; memang tidak mudah, butuh banyak kesabaran untuk mengontrol pikiran pesimis / negatif kita.

Pikiran Positif
Tentu menghasilkan kenyamanan, tetap dapat merasa bahagia walaupun punya masalah.
Guru Agung kita mengajarkan kita untuk melatih Sati melatih kesadaran kita; yaitu selalu waspada memperhatikan kesadaran kita sendiri.
Kita lebih banyak 'tidak sadar'; gampang bereaksi terhadap sesuatu. Untuk hal-hal positif kita nyaman, tetapi untuk hal-hal negatif yang menghampiri kita, kita sulit untuk menghadapinya dengan positif. Mengapa demikian? Karena sejak jaman nenek moyang kita dulu sudah hidup dalam ketakutan, kecemasan, kekhawatiran. Semua hal itu tersimpan di otak alam bawah sadar manusia terbawa terus sampai saat ini. Oleh karena itulah kita butuh untuk melatih Sati agar dapat terlepas dari ketakutan, kecemasan, kekhawatiran. Seperti berlatih naik sepeda, dimulai dari keinginan dan kemauan untuk belajar maka kita akan menemukan cara, mengetahui teori, terus berlatih meskipun jatuh, sampai berhasil. Demikian halnya kita melatih pikiran positif sampai pada tahap kita dapat 'berterimakasih' pada saat ada masalah menghantam; karena kita tau seperti dalam 'abhiṇha-paccavekkhaṇa' baik atau buruk yang kita lakukan itulah yang akan kita warisi.

Ketika kita depresi, banyak sel-sel dalam otak mati (gelap); namun kalau kita bahagia maka sel-sel diotak kita hidup semua (terang) sehingga kita akan mudah 'berjalan'.

Lingkungan juga mempengaruhi kesadaran kita. Lingkungan yang positif akan membentuk pikiran yang positif. Oleh karena itu dalam Mangala Sutta dikatakan agar kita bergaul dengan orang-orang yang baik dan bijaksana karena itulah berkah utama.

Pikiran negatif dan pikiran positif menjadi Program dalam hidup kita. Program ini masuk sejak kita kecil bahkan dari kehidupan masa lalu, orangtua, guru, lingkungan, media sosial, teman, belajar, pemerintah, dll.
Semua program awalnya netral, sampai kita memberikannya arti melalui pengalaman kita dan pengaruh-pengaruh lainnya.
Masalahnya adalah kita terlalu cepat memberikan arti. Kita tidak membiarkan pikiran sadar kita itu melihat dulu, mengamati.
Dalam meditasi kita diajarkan untuk diam dan amati, tanpa terlibat didalamnya hanya cukup mengamati.

Masaru Emoto - water experiment
- Menemukan bahwa partikel molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung perasaan manusia disekelilingnya.
- Partikel kristal air terlihat menjadi "indah" dan "mengagumkan" apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Namun partikel kristal air terlihat menjadi "buruk" dan "tidak sedap dipandang mata" apabila mendapat efek negatif disekitarnya, seperti kesedihan dan bencana.
- Menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh suaramusik, doa-doa dan kata-kata yang ditulis dan dicelupkan ke dalam air tersebut.

Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan
• Apa yang mau dipilih? Pikiran positif atau negatif?
• Pikiran punya siapa?
• Siapa yang bisa menentukan pilihan baik pikiran positif atau negatif?
• Apapun yang dipilih hasilnya untuk siapa?
• Hasilnya baik untuk siapa?
• Hasilnya buruk untuk siapa?
• Jadi siapa yang bertanggung jawab untuk hal yang terjadi pada diri sendiri?

Melatih PIKIRAN untuk KESEHATAN
1. Menyadari pikiran-pikiran yang muncul
2. Menerima
3. Merubah tindakan (postur tubuh dll) ke positif
4. Melakukan aktifitas / kegiatan positif
5. Bergaul dengan orang-orang positif
6. Merubah program lama dengan afirmasi positif terus menerus yang dilatih menjadi kebiasaan baru / program baru
7. Meditasi

Merubah program lama
AFIRMASI adalah sebuah kata atau kalimat yang diucapkan berulang-ulang secara yakin dan percaya diri kepada diri sendiri:
-> menjadi lebih sadar akan apa yang kita pikirkan dan apa yang kita bicarakan
-> apapun yang kita ucapkan kepada diri kita akan membuatnya semakin nyata
-> katakan apa yang kita inginkan terjadi kepada diri kita

Afirmasi Positif (The Power of Word)
=> Mengulang-ulang kalimat disertai dengan:
- Emosi yang kuat
- Gerakan
- Suara yang mantab
Sehingga kita mempercayai dan meyakini ucapan kita tersebut.
Contoh:
- Saya sehat dan bahagia
- Apapun yang terjadi saya pasti bisa menghadapi
- Meskipun saya miskin, saya punya kemampuan untuk menjadi pengusaha kaya

Saya mengakui bahwa pikiran mempengaruhi tubuh - Albert Einstein

Mencintai diri sendiri adalah wujud kita bersyukur dan menghargai kehidupan.
Mencintai diri sendiri berarti menerima, merawat, dan mengembangkan diri secara optimal.
Karena dengan diri sendiri yang terawat baru bisa memberikan kontribusi terhadap hidup orang lain.

Salam Cinta Kasih

 

Dirangkum & Ditulis oleh: Lij Lij




Related Postview all

menu SASANA SUBHASITA
menu