Berita / Ceramah

Menjadi Salju Di Musim Panas


Puja Bakti Umum
Minggu, 5 May 2019
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: Ibu Djuwita Ratna Wati S. IP
Tema Dhamma: Menjadi Salju Di Musim Panas


Bagaimana kita sebagai umat awam dapat mengendalikan diri ditengah-tengah keseharian kita yang menghadapi berbagai masalah; baik masalah dalam keluarga maupun lingkungan sekitar dan lingkungan kerja? Ketika menghadapi 'gesekan-gesekan', bagaimana caranya agar kita tidak emosional, tetap sabar, tetap sehat jasmani dan batin?

Ada Pepatah Tiongkok mengatakan:
Usia muda memupuk berkah
Usia pertengahan bersumbangsih untuk masyarakat, menciptakan berkah untuk orang banyak
Usia lanjut menikmati berkah
- Master Chin Kung -

Saat kita muda hendaknya kita menabung kebajikan setiap hari. Dan ketika usia pertengahan, kita mengembangkan kebajikan kita untuk masyarakat dengan skala yang lebih luas misalnya: baksos, donor darah, ikut serta mendirikan yayasan pendidikan / sekolah Buddhis. Sehingga pada saat usia lanjut kita dapat menikmati berkah dari tabungan kebajikan yang telah kita lakukan.

Dalam -Pandita Vagga VI:81- dikatakan:
"Hendaknya seseorang seperti batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai ombak yang menerjang. Demikian pula sebaliknya, seseorang haruslah tetap tegar dan tenang dalam menghadapi fenomena yang terjadi dalam kehidupan."

Kita semua sebagai umat Buddha yang yakin dan percaya akan hukum karma hendaknya menyadari bahwa apapun yang terjadi kepada diri kita seharusnya tidak kita sikapi secara berlebihan.
Ketika kita mendapatkan keberuntungan, bolehlah kita berbahagia tetapi tidak berlebihan apalagi sampai akhirnya menjadi serakah. Karena kita semua tentu masih memiliki Kilesa kekotoran batin yaitu Lobha, Dosa, Moha.

Hidup itu seperti KOPI, akan terasa pahit jika anda tidak tahu cara menikmatinya.

Pernahkah kita merenungkan bahwa pikiran kita bagaikan 'bubuk kopi yang membuat keruh air'. Setiap hari pikiran kita dikeruhkan oleh berbagai permasalahan yang kita alami.
Kopi yang telah diaduk kemudian kita diamkan sampai bubuk kopi mengendap di dasar permukaan gelas. Maka kopi siap untuk dinikmati dan membuat kita bersemangat. Demikian pula halnya dengan pikiran yang kita tenangkan kembali dengan meditasi. Mengendapkan kekotoran batin sehingga kita menjadi tenang dan bersemangat kembali. Minimal setiap malam sebelum tidur, kita menenangkan pikiran kita, merenungi apa yang telah terjadi dalam keseharian kita.

Sang Buddha mengatakan bahwa di kehidupan ini kita tidak akan dapat menghindari 8 kondisi dunia yaitu:
Corak Kemajuan vs Corak Kemunduran
• Keuntungan >< Kerugian
• Kedudukan >< Keruntuhan
• Pujian >< Celaan
• Suka >< Duka

Hidup ini dinamis seperti roda yang berputar, penuh dengan perubahan. Suatu saat bisa untung, lain saat bisa rugi; suatu saat bisa memiliki kedudukan tapi lain waktu juga bisa jatuh. Pujian dan celaan tak jarang kita alami. Ketika celaan datang hendaknya kita introspeksi / mawas diri karena kita tidak selamanya benar, terkadang kita juga bisa lalai. Orang-orang di sekitar kita yang memperhatikan kita adalah pengawas kita yang baik dengan mencela / mengkritik. Ber-terimakasih-lah kepada mereka karena telah memberi kita kesempatan untuk introspeksi diri dan melatih kesabaran.
Suka dan duka pun datang silih berganti.

Intisari Ajaran Dasar Agama Buddha:
Empat Kesunyataan Mulia
1. Dukkha, dukkha
2. Dukkha Samudaya, sumber dukkha
3. Dukkha Nirodha, berakhirnya dukkha
4. Magga, jalan menuju berakhirnya dukkha

Hidup ini adalah dukkha. Berkumpul dengan yang tidak disukai; berpisah dengan yang dicintai; dihina / dijatuhkan.
Sumber dukkha adalah Tanha - nafsu keinginan. Kita umat awam wajar memiliki nafsu keinginan namun hendaknya kita berusaha untuk menekan keinginan-keinginan kita dan terus belajar untuk menerima jika keinginan-keinginan kita itu tidak tercapai.
Dapatkah kita mengakhirnya dukkha? Selama kita masih bertumimbal lahir, dukkha / penderitaan pasti akan selalu ada tetapi setidaknya kita berfokus pada saat ini dengan menerima apapun yang terjadi pada diri kita sambil terus memperbaiki diri.
Jalan menuju lenyapnya dukkha adalah dengan mempraktekkan 8 Jalan Kebenaran.

ASAVA vs 8 JALAN KEBENARAN
1. Kilesa >< SILA : (3) Ucapan Benar, (4) Perbuatan Benar, (5) Pencaharian Benar
2. Nivarana >< SAMADHI : (6) Daya Upaya Benar, (7) Perhatian Benar, (8) Konsentrasi Benar
3. Anusaya >< PANNA : (1) Pengertian Benar (2) Pikiran Benar

(1) Yang harus kita benahi terlebih dari dari 8 Jalan Kebenaran adalah PENGERTIAN BENAR ; terkait dengan 4 Kesunyataan Mulia (Cattari Ariyasaccani), 3 Corak Umum (Tilakkhana), Hukum Sebab-musabab yang saling bergantungan (Paticca Samuppada), dan Hukum Karma (Kamma).
(2) Pikiran Benar terkait dengan pikiran yang bebas dari nafsu keduniawian. Setidaknya kurangilah nafsu-nafsu keinginan kita. Pikiran benar adalah pikiran yang bebas dari kebencian, bebas dari kekejaman, bebas dari dendam. Maafkanlah orang yang bersalah kepada kita.
(3) Ucapan benar adalah ucapan yang mengandung kebenaran, beralasan yang tepat, bertujuan baik, tidak mengadu-domba, tidak merendahkan orang lain, dan tepat waktu.
(4) Perbuatan benar adalah minimal menjalankan Pancasila Buddhis.
(5) Penghidupan benar terkait dengan bagaimana kita bermata pencaharian dengan menghindari 5 macam perdagangan : makhluk hidup, senjata, racun, daging, dan alkohol. Menghindari : penipuan, ketidaksetiaan, penujuman / peramalan, berbuat curang, praktek lintah darat.
(6) Daya upaya benar dengan mencegah munculnya kejahatan, berusaha menghilangkan kejahatan yang sudah ada, berusaha memunculkan kebaikan yang belum ada, dan berusaha mengembangkan kebaikan yang sudah ada.
(7) Perhatian benar meliputi badan jasmani, perasaan dan batin.
(8) Konsentrasi benar adalah pemusatan pikiran pada objek yang tepat sehingga batin pada keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam.

Cara mengatasi berbagai permasalahan (Menjadi Salju di Musim Panas):

1. MENJAGA SATI (KESADARAN)

Berbagai halangan dalam menjaga Sati:
• Memaksakan diri untuk menjaga Sati.
• Batin sedang gundah karena banyak masalah.
• Sedang terhanyut dengan kesenangan duniawi.
• Mempunyai kebencian dan memendam amarah.

-Dhamma Vagga-
Mata kita hanya ingin melihat yang indah-indah
Telinga kita hanya ingin mendengar yang merdu-merdu
Mulut kita hanya ingin makan makanan yang enak-enak
Tubuh kita hanya ingin merasakan sentuhan-sentuhan yang sensual
Pikiran kita hanya ingin memikirkan hal-hal yang menyenangkan
Inilah KEKOTORAN BATIN

Usaha terbaik dalam menjaga Sati:
-> Menerima, menyadari keadaan batin tanpa membenarkan / menyalahkan.
-> Padamkan kegelisahan batin dengan melepas pengharapan.
-> Tidak terlalu menuntut untuk sempurna dalam mencapai kedamaian batin.

2. PENYENDIRIAN
Penyendirian disini bukan mengurung diri, melainkan berlatih meditasi, merenung melihat ke dalam diri.
Manfaat penyendirian:
• Munculnya kebijaksanaan
• Energi positif terisi kembali
• Masalah terpecahkan

3. BIMBINGAN
Sebagai umat awam kita masih memerlukan bimbingan dari para Bhikkhu. Sebagai perumahtangga kita masih membutuhkan bimbingan dari pasangan hidup kita. Dan sebagai anak, kita masih membutuhkan bimbingan orang tua.
Kita harus membuka diri, membuka pikiran, membuka hati dan mau mendengarkan bimbingan dari orang yang patut dan tepat.

4. PERENUNGAN DAN BELAJAR
Perenungan dalam Majjhima Nikaya 135:
Semua makhluk adalah:
Pemilik karmanya sendiri (Kammassakā)
Pewaris karmanya sendiri (Kammadāyādā)
Lahir dari karmanya sendiri (Kammayonī)
Berhubungan dengan karmanya sendiri (Kammabandhū)
Terlindung oleh karmanya sendiri (Kammapaṭisaraṇā)
Perbuatan menentukan apakah seseorang itu hina atau mulia.
Dengan perenungan demikian maka kita akan menjadi orang yang sabar, tidak mudah menyalahkan orang lain, tidak menyalahkan diri sendiri; dan terus belajar menjadi orang yang bijaksana.
Ambil hikmah dari apa yang kita alami dan jadikan pembelajaran.
Belajar memperdalam pengetahuan tentang Dhamma dengan datang ke Vihara atau mendengarkan Dhamma melalui media sosial.

-SAMUDDAKA SUTTA- (SN-XI:10)
"Sesuai dengan BENIH yang ditabur, begitulah BUAH yang akan dipetiknya. Pelaku kebajikan akan memetik kebaikan; Pelaku kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan ENGKAU PULALAH YANG AKAN MENGALAMI BUAH DARI PADANYA"

5. CINTA KASIH DAN PERSAHABATAN
Ketika kita mengembangkan metta, karuna, mudita maka kita akan menjadi manusia yang mempunyai rasa empati yang tinggi, keperdulian yang besar terhadap semua makhluk. Tidak mudah menyakiti orang lain dengan ucapan maupun perbuatan. Mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain.

-VACA SUTTA- (AN-5:198)
"Kata-kata yang patut diucapkan oleh seseorang adalah kata-kata yang diucapkan pada saat yang tepat, mengandung kebenaran, diucapkan dengan lembut, mempunyai tujuan yang baik, diucapkan dengan penuh cinta kasih; inilah kata-kata yang sudah sepatutnya diucapkan. Tidak menyakiti, tidak mencela, dan tidak mengutuk."

-MAHAPARINIBBANA SUTTA-
"Jadilah pulau bagi dirimu. Jadilah pelindung bagi dirimu. Janganlah menyandarkan nasibmu kepada makhluk lain. Peganglah teguh Dhamma sebagai Pelindungmu."

Kesimpulan: Untuk menjadi salju di musim panas maka KEMBANGKANLAH:
SILA, SAMADHI, PANNA, METTA, KARUNA, MUDITA, UPEKKHA.

KEMARIN adalah mimpi.
HARI ESOK cuma lamunan.
Tapi, HARI INI yang dijalani dengan baik membuat setiap hari kemarin menjadi MIMPI INDAH dan setiap hari esok adalah VISI HARAPAN & KERIANGAN. Karenanya JALANILAH HARI INI DENGAN BAIK.

Fokus saat ini! berbuat semaksimal mungkin yang kita bisa, tidak menyia-nyiakan waktu, tidak bermalas-malasan, tidak selalu mengumbar kesenangan duniawi, tidak mengumbar keserakahan dan lain-lain.
Kita harus senantiasa menjaga kesadaran.
Mari kita SPD : Selalu Praktek Dhamma; dan Selalu Periksa Diri.

Demikian yang dapat didokumentasikan.
Mohon maaf jika ada kesalahan pendengaran dan pemahaman.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
Semoga semua makhluk berbahagia
Sādhu, sādhu, sādhu

Dirangkum dan ditulis oleh: Lij Lij




Related Postview all

Membangun Kepercayaan Menuju Tenang dan Damai

access_time07 Mei 2019 - 00:47:14 WIB pageview 7700 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x)Dhammo avera khanti dhamma care ti. Dhamma akan melindungi siapapun yang mengetahui mengerti memahami dan menyadarinya. Kita ... [Selengkapnya]

Bagaimana Merubah Nasib Menurut Dhamma

access_time27 April 2019 - 01:18:20 WIB pageview 10536 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa..(3x) Seorang bijaksana yang memberikan kebahagiaan kepada orang lain akan berbahagia di dalam kehidupan ini. Kata 'nasib' sering ... [Selengkapnya]

Pattidana Vihara Sasana Subhasita 13 April 2019

access_time24 April 2019 - 00:34:13 WIB pageview 9219 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) Idaṁ vo ñātinaṁ hotu.Sukhitā hontu ñātayo. Melakukan upacara Pattidana merupakan kebajikan. Upacara Pattidana ... [Selengkapnya]

Manajemen Diri Buddhis

access_time22 April 2019 - 00:02:01 WIB pageview 8211 views

Tema "Manajemen Diri Buddhis" ini diambil dari buku terbaru Rm. Toni Yoyo. Pada kesempatan ini hadir bersama dengan Bp. Teguh Taslim. Kutipan Tripitaka berikut ini untuk mengingatkan kita ... [Selengkapnya]

Ceng Beng dari Sudut Dhamma

access_time15 April 2019 - 13:32:19 WIB pageview 8375 views

Mengawali sharing Dhamma pagi ini dengan Dhammagita membuat kita semua menjadi rileks dan bersemangat untuk mendengarkan Dhamma. Dalam syair lagu Avijja tertulis lyric "berbahagia hidup di ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu