Berita / Ceramah

PERAYAAN SAṄGHADĀNA DI BULAN KAṬHINA 2569 BE / 2025


PERAYAAN SAṄGHADĀNA DI BULAN KAṬHINA 2569 BE / 2025
Vihāra Sasana Subhasita
Sabtu, 18 Oktober 2025
Dhammadesana: YM. Bhikkhu Cittanando Mahāthera
Penulis & Editor: Lij Lij
Waktu baca: 8 Menit

 

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Dānañca dhammacariyā ca etammaṅgalamuttamaṁti.

Suasana Kaṭhina di Vihara Sasana Subhasita dipenuhi dengan umat Buddha yang begitu antusias untuk melakukan Saṅghadāna. Banyak umat yang mengikuti marathon Kaṭhina selama sebulan penuh. Dengan wajah tersenyum dan hati yang gembira menunjukkan betapa senangnya umat Buddha berkesempatan untuk bertemu dan berdāna kepada banyak anggota Saṅgha hampir setiap hari selama masa Kaṭhina. Mengapa umat Buddha berlaku demikian – mengapa mereka bahkan datang dari jauh guna menghadiri Saṅghadāna di vihara-vihara? Tentu kita semua sudah paham bahwa di bulan Kaṭhina ini, umat Buddha memiliki kesempatan yang sangat besar untuk melakukan perbuatan baik yaitu melakukan Saṅghadāna.

Saṅghadāna di masa Kaṭhina ini diawali dengan para Bhikkhu melaksanakan tradisi yang dinamakan Vassa. Vassa artinya menetap di suatu tempat selama musim hujan. Di India pada waktu itu musim hujan berlangsung selama 3 bulan lamanya. Maka selama Vassa, para Bhikkhu dianjurkan untuk tidak bepergian kemana-mana. Masa vassa ini memberikan nilai positif bagi para Bhikkhu untuk dapat “lebih intensif ke dalam diri” mengingat pada umumnya diluar masa vassa kebanyakan para Bhikkhu mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada masa vassa inilah, kesempatan bagi para Bhikkhu untuk melatih samaṇadhamma yaitu memperdalam praktek meditasi dan belajar Dhamma. Selama masa vassa, para Bhikkhu tidak diperbolehkan bepergian. Jika memang harus bepergian karena ada hal yang penting maka Bhikkhu yang bersangkutan harus ‘pulang hari’ – artinya sebelum fajar harus sudah kembali ke vihāra. Namun seiring perjalanan waktu, karena keterbatasan jumlah Bhikkhu dan banyaknya tugas penting yang diemban oleh para Bhikkhu maka peraturan untuk bepergian ini disempurnakan dari 1 hari menjadi tidak melebihi 7 hari.

Ada beberapa hal penting yang membuat seorang Bhikkhu diijinkan untuk bepergian pada masa vassa yaitu:
1. Jika Bhikkhu yang bersangkutan mengetahui bahwa orangtuanya sakit, maka Bhikkhu tersebut diijinkan untuk meninggalkan tempat vassa-nya untuk merawat orangtuanya yang sakit.
2. Jika ada Bhikkhu atau Sāmaṇera yang bosan dengan kehidupannya (ingin lepas jubah) sebagai seorang samaṇa maka seorang Bhikkhu yang sedang ber-vassa diijinkan untuk pergi menemuinya guna menghibur / menasehati / memadamkan keinginan untuk melepas jubah.
3. Jika ada tugas dari Saṅgha yang harus dikerjakan; misalnya ada kerusakan di vihara maka seorang Bhikkhu dapat pergi untuk memperbaiki vihara tersebut.
4. Jika seorang Bhikkhu ditugaskan untuk mengajar Sāmaṇera maupun Bhikkhu baru atau saddhivihārika maka Bhikkhu tersebut diijinkan untuk bepergian.

Tentunya selain mendapatkan ijin untuk bepergian atas hal-hal penting tersebut juga ditentukan bahwa Bhikkhu yang bersangkutan harus kembali dalam waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari. Namun jika tidak ada keperluan penting maka para Bhikkhu akan ber-vassa selama 3 (tiga) bulan lamanya.
Masa vassa diakhiri dengan pavarana (hari penutup masa vassar). Pavarana artinya mengundang. Biasanya para Bhikkhu berkumpul minimal 5 Bhikkhu baik senior maupun junior untuk memperoleh nasehat terutama dari para Bhikkhu Senior. Pavarana merupakan kesempatan bagi para Bhikkhu untuk mengingatkan satu sama lain bahwa kehidupan para Bhikkhu adalah berbeda dengan kehidupan perumahtangga; bahwa kehidupan para Bhikkhu diikat oleh dhammavinaya yaitu vinaya ke-bhikkhu-an khususnya dimana harus diingat sepanjang hidup sebagai brahmacariyā. Selain mendapatkan nasehat-nasehat, para Bhikkhu juga saling memberikan teguran untuk perbaikan di kemudian hari dan saling mengucapkan permohonan maaf.

Pavarana juga dapat dilakukan oleh umat perumahtangga dengan mengundang dan menyatakan pavarana kepada Bhikkhu Saṅgha misalnya : ‘Bhante, apabila Bhante ingin bepergian kemana saja mohon berikan saya kesempatan, saya ingin pavarana kendaraan untuk mengantar ke tempat tujuan Bhante’ (misalnya ke vihara lain, ke bandara, dll.) atau pavarana lainnya berupa catupaccaya (4 kebutuhan pokok bagi para Bhikkhu) yaitu : pavarana jubah, pavarana makanan, pavarana tempat tinggal, dan pavarana kesehatan (obat-obatan). Umat harus menawarkan kepada Bhikkhu Saṅgha karena Bhikkhu tidak boleh meminta. Jadi kalau Bhikkhu melakukan pindapatta, itu bukanlah meminta. Seorang Bhikkhu tidak boleh meminta. Oleh karena itulah umat melakukan pavarana. Satu kali pavarana yang dinyatakan oleh umat kepada Bhikkhu Saṅgha memiliki batas waktu selama 4 bulan saja; setelah batas waktu tersebut maka Bhikkhu Saṅgha tidak dapat memperolehnya lagi kecuali umat yang bersangkutan mengutarakan keinginannya kembali atau menyatakan pavarana seumur hidup. Pavarana ini mengundang untuk menerima kebajikan, kesempatan untuk berbuat baik. Hal ini perlu dipahami oleh umat sebagai rambu-rambu yang dijalankan oleh para Bhikkhu sesuai Vinaya. Selain kepada sanak saudara anggota keluarganya yang memiliki hubungan keluarga, para Bhikkhu tidak boleh meminta.

Seorang Bhikkhu yang telah menyelesaikan masa vassa, maka usia ke-Bhikkhu-annya bertambah. Usia ke-Bhikkhu-an ditentukan oleh lamanya Bhikkhu yang bersangkutan menyelesaikan masa vassa bukan ditentukan oleh usia / umur maupun penampilan fisiknya (umur tua, beruban, dsb). Dengan demikian kita dapat mengetahui berapa lama sudah Bhikkhu yang bersangkutan tersebut menjadi seorang Bhikkhu.
Berdasarkan usia ke-Bhikkhu-an maka dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:
1. Navaka Bhikkhu
Adalah Bhikkhu yang masih baru atau masih muda yang masa ke-bhikkhu-an kurang dari 5 vassa.
2. Majjhīma Bhikkhu
Adalah Bhikkhu yang menjalani 5 vassa sampai kurang dari 10 vassa.
3. Thera
Thera berarti yang patut dicontoh atau sepuh; adalah Bhikkhu yang menjalani 10 vassa sampai dengan 19 vassa.
4. Mahāthera
Adalah Bhikkhu yang sudah menjalani 20 vassa atau lebih.

Tahun 2025 ini, anggota Saṅgha Theravāda Indonesia terdapat dua Bhikkhu yang telah melewati 10 vassa yaitu: Padesanayaka propinsi DKI Jakarta – Bhikkhu Ratanadhīro Thera, dan Padesanayaka propinsi Lampung – Bhikkhu Piyaratano Thera.
Juga terdapat satu Bhikkhu yang telah melewati 20 vassa yaitu Bhikkhu Mahā Dhammajāto Mahāthera.
Empat Bhikkhu yang telah melewati 30 vassa yaitu Bhikkhu Candakaro Mahāthera, Bhikkhu Dhammakaro Mahāthera, Bhikkhu Cittanando Mahāthera, dan Bhikkhu Paññanando Mahāthera.
Dan satu Bhikkhu yang telah mencapai 50 vassa yaitu Bhikkhu Sukhemo Mahāthera.

Pada umumnya umat Buddha merasa bahagia dan turut bermudita cita atas kesuksesan para Bhikkhu menyelesaikan masa vassa. Rasa bahagia itu terlihat pada perayaan Kaṭhina di vihara-vihara ketika bertemu dengan para Bhikkhu Saṅgha.

Ketika selesai melewati vassa, jika dalam satu vihara ber-vassa minimal 5 Bhikkhu atau lebih maka dapat mengadakan Kaṭhina Dussaṃ. Apa itu Kaṭhina Dussaṃ? Adalah upacara membuat jubah. Kaṭhina sebenarnya adalah kerangka kayu yang digunakan oleh para Bhikkhu untuk menjahit jubah. Pada masa itu, jubah sulit untuk didapat. Para Bhikkhu mendapatkan jubah dari kain-kain yang sudah dibuang ataupun kain-kain pembungkus mayat. Kain-kain yang dikumpulkan tersebut kemudian dijahit di kerangka kayu. Setelah jubah selesai dijahit, kemudian di celup di pewarna tertentu yang diperoleh dari getah kulit kayu. Jubah yang telah selesai di celup kemudian dikeringkan dan siap untuk dipakai. Jubah yang telah siap pakai tersebut kemudian diberikan kepada salah seorang Bhikkhu sesuai kesepakatan dari para Bhikkhu yang hadir. Bagi Bhikkhu yang tidak sempat mengikuti upacara Kaṭhina Dussaṃ, maka dapat mengembara selama satu bulan untuk mengumpulkan 4 kebutuhan pokok Bhikkhu yaitu : jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan.

Seiring berkembangnya Agama Buddha, umat sudah memahami kebutuhan pokok para Bhikkhu sehingga mereka menyediakan semuanya. Patta, Jubah, tempat tinggal, makanan, dan obat-obat mudah untuk didapatkan. Namun para Bhikkhu tetap menjaga prinsipnya.
Seorang Bhikkhu hanya membutuhkan Ticivara yaitu 3 lembar jubah yang terdiri dari :
1. Antaravāsaka – jubah dalam (sarung/pakaian bawah yang dikenakan di pinggang dan menutupi tubuh bagian bawah).
2. Uttarāsaṅga – jubah luar atau jubah atas, digunakan untuk menutupi tubuh bagian atas / dililitkan di sekitar dada dan bahu.
3. Saṅghāti – jubah ganda atau jubah tambahan, biasanya lebih tebal, digunakan untuk perlindungan tambahan (misalnya saat cuaca dingin) atau untuk acara-acara resmi.
Dan juga terdapat 1 set jubah pengganti yang dapat digunakan jika jubah yang dikenakan kotor atau dicuci; atau dapat juga digunakan oleh Bhikkhu lain bila diperlukan.
Kebutuhan Bhikkhu lainnya adalah patta (bowl / mangkuk), saringan air, jarum jahit, pisau cukur, ikat pinggang.

Perbuatan berdāna ini tidak sekedar berdāna. Umat Buddha di negara Buddhis umumnya berebut untuk berdāna kepada Saṅgha. Mengapa? Berdāna kepada Saṅgha memiliki keistimewaan tersendiri karena Saṅgha adalah ladang subur untuk menanam kebajikan yang tiada taranya.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk kesempurnaan dalam berdāna kepada Saṅgha:
1. Cetana Sampada – Kesempurnaan niat / kehendak
• Pubba Cetana (sebelum melakukan)
Hendaknya sebelum melakukan seseorang memiliki keyakinan dan niat yang baik dengan penuh sukacita, kebahagiaan, ketulusan dan keiklasan terhadap dana yang diberikan.
• Munca Cetana (saat melakukan)
Hendaknya saat melakukan seseorang memiliki keyakinan dan niat yang baik dengan penuh sukacita, kebahagiaan, ketulusan dan keiklasan terhadap dana yang diberikan.
• Aparapara Cetana (sesudah melakukan)
Hendaknya sesudah melakukan seseorang memiliki keyakinan dan niat yang baik dengan penuh sukacita, kebahagiaan, ketulusan dan keiklasan tanpa ada rasa penyesalan/kekecewaan atau terbebani dari apa yang sudah didanakan.
2. Vatthu Sampada – Kesempurnaan materi (sesuatu yang akan diberikan)
Materi yang didānakan hendaknya baik dan bersih dalam arti didapatkan dengan cara baik dan tidak melanggar sīla, tidak melanggar hukum negara dan agama, barang yang layak sesuai kebutuhan Bhikkhu (4 kebutuhan pokok), berdāna tepat waktu (misalnya jika ingin berdāna makanan maka sesuai waktu makan Bhikkhu tidak lebih dari tengah hari).
3. Pugala Sampada – Kesempurnaan penerima dana
Berdāna bisa diberikan kepada siapa pun bahkan kepada orang jahat atau binatang sekalipun; tetapi setiap dāna memiliki perbedaan yaitu kualitas dari penerima dana.

Dalam Velāma Sutta – Aṅguttara Nikāya 9.20, diceritakan Bodhisatta ketika terlahir sebagai Brahmana Velāma memberikan dāna besar berupa : 9 macam materi yang masing-masing berjumlah 84.000 (diantaranya : emas, perak, kepingan uang, gajah, kereta, sapi, dll). Namun tidak ada seorang pun yang layak menerima semua persembahan dāna besar tersebut, tidak ada seorang pun yang memurnikan persembahan tersebut.
Dikatakan bahwa jasa kebajikannya akan lebih besar bila berdāna pada satu orang dengan pandangan benar, yaitu Pemasuk-Arus (Sotapanna), daripada memberikan dana yang melimpah seperti yang dilakukan oleh Brahmana Velāma.
Jasa kebajikan yang lebih besar lagi adalah bila berdāna kepada seorang Yang-Kembali-Sekali-Lagi (Sakadāgāmi) dibandingkan dengan 100 Sotapanna.
Jasa kebajikan yang lebih besar lagi adalah bila berdāna kepada seorang Yang Tidak-Kembali-Lagi (Anāgāmī) dibandingkan dengan 100 Sakadāgāmi.
Jasa kebajikan yang lebih besar lagi adalah bila berdāna kepada seorang Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Arahat) dibandingkan dengan 100 Anāgāmī.
Jasa kebajikan yang lebih besar lagi adalah bila berdāna kepada seorang Paccekabuddha dibandingkan dengan 100 Arahat.
Jasa kebajikan yang lebih besar lagi adalah bila berdāna kepada seorang Sammāsambuddha dibandingkan dengan 100 Paccekabuddha.

Jasa kebajikan yang lebih besar lagi jika berdāna kepada Saṅgha yang dipimpin oleh Sammāsambuddha.
Lebih besar lagi jika berdāna tempat tinggal untuk Saṅgha (bisa berupa vihara, kuti).
Lebih besar lagi adalah dengan keyakinan penuh berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha dengan menjalankan sīla sebaik-baiknya; akan menjadi lebih baik lagi jika dibarengi dengan praktek meditasi sampai mencapai Jhāna dan mencapai Tingkat kesucian Sotapanna, Sakadāgāmi, Anāgāmī, dan Arahat hingga akhirnya mencapai Nibbāna.

Inilah tingkatan kamma baik yang dapat kita lakukan di alam manusia ini. Inilah alasan mengapa umat Buddha selalu senang mengunjungi vihara-vihara.
Selamat melakukan perbuatan berdāna.
Dānañca dhammacariyā ca, Etammaṅgalamuttamaṃ - Berdāna dan melaksanakan Dhamma dengan benar akan mendatangkan berkah utama.

Demikian yang dapat dituliskan kembali. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pendengaran dan pemahaman. Semoga kita semua mendapatkan manfaat tertinggi dari pengulangan Dhamma ini.

Semoga jasa Kebajikan ini mengalir ke arah kehancuran noda-noda batin,
Semoga jasa Kebajikan ini menjadi kondisi untuk realisasi Nibbāna,
Saya mendedikasikan jasa Kebajikan ini kepada mendiang mama tercinta Ng Kim Suan
Saya membagikan jasa Kebajikan ini kepada semua makhluk,
Semoga mereka semua mendapatkan bagian Kebajikan yang sama dengan saya.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

 

Bisa juga disaksikan di youtube: 
https://youtu.be/NXzsSBw2n6E




Related Postview all

Memberi Tepat, Menambah Banyak

access_time04 November 2025 - 19:40:36 WIB pageview 230 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)Persujudan kepada Beliau, Yang Beberkah, Yang Mahasuci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna oleh Diri Sendiri (3x) Kālena ... [Selengkapnya]

Harapan Orangtua Merupakan Kewajiban Anak

access_time29 Oktober 2025 - 20:08:12 WIB pageview 291 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)Persujudan kepada Beliau, Yang Beberkah, Yang Mahasuci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna oleh Diri Sendiri (3x) Kālena ... [Selengkapnya]

Berkah Dari Melepas

access_time16 Oktober 2025 - 10:42:15 WIB pageview 443 views

PendahuluanHidup adalah rangkaian peristiwa datang dan pergi. Sama seperti tubuh memerlukan makanan dan minuman untuk bertahan hidup, batin kita juga menerima “asupan” dari apa ... [Selengkapnya]

Delapan Cara Buddha Ketika Menghadapi Masa Sulit

access_time24 Desember 2024 - 12:17:32 WIB pageview 4271 views

Namo tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x)Yathāpi rahado gambhīro vippasanno anāviloevaṃ dhammāni sutvāna vippasīdanti paṇḍitāSeperti air di laut yang dalam, jernih ... [Selengkapnya]

Pergi Takkan Kembali - Pembahasan Raṭṭhapāla Sutta

access_time17 Agustus 2024 - 12:49:06 WIB pageview 3726 views

  Namo tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x) Anekajātisaṁsāraṁ, sandhāvissaṁ anibbisaṁ. Gahakāraṁ gavesanto: dukkhā jāti punappunaṁ. Gahakāraka ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu