Delapan Cara Buddha Ketika Menghadapi Masa Sulit

Puja Bakti Umum
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 24 November 2024
Dhammadesanā: PMd. Sriyono, S.Pd.B
Tema Dhamma: DELAPAN CARA BUDDHA KETIKA MENGHADAPI MASA SULIT
Penulis & Editor: Lij Lij
Namo tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x)
Yathāpi rahado gambhīro vippasanno anāvilo
evaṃ dhammāni sutvāna vippasīdanti paṇḍitā
Seperti air di laut yang dalam, jernih dan tidak bergelombang
Begitu pula bathin yang bijaksana, tenang & tentram setelah mendengarkan Dhamma
(Dhammapada 82)
Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya banyak sekali masalah yang harus kita hadapi. Terlepas dari itu semua, kita beruntung memiliki seorang Guru yang luar biasa yang mengajarkan kita bagaimana cara untuk dapat terbebas dari masalah-masalah yang datang silih berganti dalam kehidupan kita.
Di dalam Buddha-jaya-maṅgala Gāthā (buku Paritta biru hal. 108) adalah syair berkah yang membawa Kemenangan Sempurna yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha.
1. Bāhuṁ sahassam-abhinimmita-sāvudhantaṁ
Grīmekhalaṁ udita-ghora-sasena-māraṁ
Dānādi-dhamma-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Dengan Dengan seribu tangan yang masing-masing memegang senjata,
Dengan menunggang Gajah Girimekhala, Mara bersama Pasukannya meraung menakutkan.
Raja Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan kebajikan (Dana Paramita)
Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan.
Makna syair ini adalah bahwa dalam menjalani kehidupan ini tentunya banyak kesulitan yang datang menghampiri namun semua kesulitan tersebut dapat teratasi dengan kekuatan daripada dana paramita. Seperti halnya pertapa Gautama memiliki kesempatan untuk duduk di bawah pohon Bodhi karena kebajikan Beliau; ketika kita memiliki kedudukan / jabatan, kesejahteraan ekonomi dalam bentuk apapun – itu adalah sebuah kesempatan. Kita bisa hidup enak tidak lain adalah buah dari karma baik yang telah kita lakukan (vipaka).
Ketika seseorang berpendidikan tinggi belum tentu mendapatkan pekerjaan yang bagus; ketika seseorang yang berpendidikan biasa-biasa saja tetapi memiliki pekerjaan yang bagus; bahkan ketika seseorang yang tidak sampai tinggi pendidikannya dapat mempekerjakan mereka yang berpendidikan lebih tinggi. Semua ini adalah kesempatan-kesempatan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Kesempatan kita bisa datang ke Vihara, ini adalah karma baik. Masih banyak saudara-saudara kita yang masih harus bekerja (walaupun hari minggu) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak memiliki kesempatan untuk hadir di Vihara. Ini adalah karena kekuatan dari dana paramita. Memiliki rumah, bisa makan tiga kali sehari; ini juga merupakan kesempatan.
Saat kita menyadari bahwa semua itu adalah kesempatan baik yang kita miliki maka kita tidak akan pernah lupa untuk terus berdana, untuk terus membantu mereka yang membutuhkan. Jadi yang harus kita pahami adalah saat kita menerima kita juga harus menabur. Tidak hanya terus menerima saja karena akan habis; perlu untuk menabur kembali. Sama hal nya dengan roda kehidupan yang terus berputar, ada kalanya kita berada di atas, ada kalanya berada di samping, ada kalanya berada di bawah. Untuk dapat bertahan lama di posisi atas adalah dengan menyadari bahwa kemudahan-kemudahan yang kita miliki bukanlah suatu kebetulan. Dalam Ajaran Buddha tidak ada yang namanya kebetulan. Segala sesuatu yang kita terima adalah hasil perbuatan baik ataupun buruk yang telah kita lakukan. Kesulitan-kesulitan dapat kita atasi saat kita memiliki kedermawanan atau kemurahan hati.
2. Mārātirekam-abhiyujjhita-sabba-rattiṁ
Ghorampan’āḷavaka-makkham-athaddha-yakkhaṁ
Khantī-sudanta-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Lebih dari Mara yang membuat onar sepanjang malam
Adalah Yakkha Alavaka yang menakutkan, bengis, dan beringas.
Raja Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan Kesabaran (Khanti)
Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Yakkha Alavaka yang bengis, penuh amarah dan dendam adalah ibarat hati kita. Sang Buddha mengajarkan untuk sabar. Kesabaran merupakan salah satu intisari dari Ajaran Buddha (khantī paramaṃ tapo titikkhā). Saat kita marah, jengkel kemudian muncul rasa penyesalan setelahnya. Sang Buddha selalu mengajarkan untuk sabar karena kalau kita marah pada akhirnya bukanlah hal yang baik. Kemarahan yang dibalas dengan kemarahan dapat memutuskan hubungan persaudaraan; kemarahan seyogianya dihadapi dengan kebajikan tanpa mengharapkan balasan, menghindari dendam dan permusuhan. Jangan pernah berhenti untuk terus berbuat baik. Ketika kita mengembangkan kesabaran dalam menghadapi kehidupan ini maka kedamaian akan kita peroleh. Tujuan kita hidup adalah agar kita bermanfaat untuk orang banyak termasuk saudara-saudara kita.
3. Nāḷāgiriṁ gaja-varaṁ atimattabhūtaṁ
Dāvaggi-cakkam-asanīva sudāruṇantaṁ
Mett’ambuseka-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Nalagiri, gajah mulia yang menjadi mabuk dan garang
Sangat kejam bagaikan api hutan
Bagai senjata cakra dan bak halilintar
Raja Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan Percikan Cintakasih (Metta)
Dengan kekuatan ini, semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Seperti pancaran cinta kasih Sang Buddha ketika gajah nalagiri mengamuk membuat gajah tersebut bersimpuh dan menjulurkan belalainya di kaki Sang Buddha. Ketika ada orang lain yang merasa jengkel kepada kita, hendaknya kita memancarkan cinta kasih kepada orang tersebut (pada saat meditasi). Cinta kasih ini untuk menghancurkan kebencian. Semua makhluk di dunia ini pasti ingin dicintai. Ketika kita senantiasa memancarkan cinta kasih maka siapapun yang berada di dekat kita akan merasa bahagia.
4. Ukkhitta-khaggam-atihattha sudāruṇantaṁ
Dhāvan-ti-yojana-path’aṅgulimālavantaṁ
Iddhībhisaṅkhata-mano jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Dengan pedang terhunus di tangan yang kokoh dan kuat
Angulimala yang kejam dengan berkalung untaian jari
Berlari mengejar sepanjang Tiga yojana
Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan kemampuan Pikiran Sakti (Cetopariyanana)
Dengan kekuatan ini, semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Ketika Angulimala frustasi mengejar dan meminta Sang Buddha untuk berhenti, Sang Buddha menjawab bahwa dirinya telah berhenti, hendaknya Angulimala lah yang harus berhenti. Berhenti dari pikiran-pikiran dan hawa nafsu dalam diri.
Makna dari syair ini adalah hendaknya kita berhati-hati dengan pikiran kita. Jika kehidupan kita disertai dengan pikiran-pikiran yang buruk maka kehidupan ini akan menjadi berat. Seperti yang dikatakan Sang Buddha dalam Dhammapada syair pertama dan kedua bahwa apabila pikiran kita jahat maka penderitaan akan mengikuti bagaikan roda pedati yang mengikuti kaki lembu yang menariknya tentunya terasa begitu berat; sebaliknya jika pikiran kita baik maka kebahagiaan akan mengikuti bagaikan bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkan bendanya yang tentunya kita tidak keberatan dengan bayang-bayang yang selalu mengikuti kemana kita pergi. Pikiran ibarat pintu; sedangkan kelima pancaindera lainnya adalah jendela. Saat mata melihat sesuatu maka pikiran akan menilai. Saat kita mampu menjaga pikiran kita maka segala sesuatunya akan lebih sederhana dan tidak terasa sulit. Jika kita tidak mampu menjaga pikiran kita maka kehidupan kita akan semakin sulit. Intinya adalah selalu berpikir positif, dan tidak berpikir negatif.
5. Katvāna kaṭṭham-udaraṁ iva gabbhinīyā
Ciñcāya duṭṭha-vacanaṁ jana-kāya-majjhe
Santena soma-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Setelah memperbesar perutnya dengan potongan kayu laksana wanita hamil
Cinca memfitnah di tengah-tengah banyak orang
Raja Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan Keteguhan Nan Luhur, yakni Kedamaian Bathin
Dengan kekuatan ini, semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Syair ini merujuk kepada ketenangan, kedamaian dalam menghadapi segala suara negatif yang menjelekkan diri kita walaupun kita tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Hendaknya selalu kembangkan ketenangan karena tujuan hidup kita adalah kedamaian.
6. Saccaṁ vihāya mati-saccaka-vāda-ketuṁ
Vādābhiropita-manaṁ ati-andhabhūtaṁ
Paññā-padīpa-jalito jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Saccaka, terbiasa mengatakan menyimpang dari kebenaran
Dengan pikiran buta, mengibarkan pahamnya laksana panji
Raja Para Bijaksanawan menaklukkannya dengan Terangnya Pelita Kebijaksanaan (Panna)
Dengan kekuatan ini, semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Saccaka seorang pemuda yang merasa dirinya pintar ditaklukkan oleh Sang Buddha dengan kebijaksanaan Beliau.
Makna syair ini adalah komunikasi. Segala masalah perlu dibicarakan dengan baik dengan mengesampingkan ego masing-masing.
7. Nandopananda-bhujagaṁ vibudhaṁ mahiddhiṁ
Puttena thera-bhujagena damāpayanto
Iddhūpadesa-vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Nandopananda, Naga berkesaktian tinggi dan berpengertian salah
Raja Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan petunjuk Kekuatan Sakti (Iddhividhanana) kepada Moggalana Thera
Menyuruh Sang Putra menjelma menjadi Naga untuk menjinakkannya
Dengan kekuatan ini, semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Makna syair ini adalah delegasi wewenang. Tidak semua masalah dalam hidup kita harus kita sendiri yang menyelesaikannya. Kita dapat meminta bantuan kepada orang lain yang kita anggap mampu membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Seperti hal nya Moggalana Thera yang diberi kepercayaan oleh Sang Buddha untuk menaklukkan Naga Nandopananda.
Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, orangtua hendaknya mengajarkan anak-anaknya untuk membantu pekerjaan rumah sederhana sehingga ketika orangtua tidak berada di rumah, sang anak tidak akan kesulitan.
8. Duggāha-diṭṭhi-bhujagena sudaṭṭha-hatthaṁ
Brahmaṁ visuddhi-jutim-iddhi-bakābhidhānaṁ
Ñāṇāgadena vidhinā jitavā munindo
Tan-tejasā bhavatu te jaya-maṅgal’aggaṁ.
Bagaikan ular yang melilit lengan
Demikian pandangan salah, dimiliki oleh Brahma Baka yang sakti
Yang beranggap diri bersinar cemerlang karena kesucian
Raja Para Bijaksanawan, menaklukkannya dengan Pengetahuan
Dengan kekuatan ini, semoga Anda mendapatkan berkah kejayaan
Brahma Baka yang berpandangan salah yang menganggap dirinya sebagai pencipta alam semesta ini. Makna syair ini adalah hendaknya kita tidak menyombongkan diri. Kesombongan akan mudah dimanfaatkan oleh pihak lain sehingga menjadi bumerang bagi diri sendiri. Untuk mengatasi keangkuhan adalah dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sehingga dapat menyadari bahwa masih banyak pengetahuan yang lebih tinggi dari pada yang dimilikinya saat ini.
Inilah delapan cara yang diajarkan oleh Sang Buddha yang dapat kita pergunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Demikian yang dapat dituliskan kembali. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pendengaran dan pemahaman. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Semoga jasa Kebajikan ini mengalir ke kehancuran noda-noda batin,
Semoga jasa Kebajikan ini menjadi kondisi untuk realisasi Nibbāna,
Saya membagikan Kebajikan ini kepada semua makhluk,
Semoga mereka semua mendapatkan bagian Kebajikan yang sama dengan saya.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, Sādhu, Sādhu. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Related Postview all
Pergi Takkan Kembali - Pembahasan Raṭṭhapāla Sutta
Namo tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x) Anekajātisaṁsāraṁ, sandhāvissaṁ anibbisaṁ. Gahakāraṁ gavesanto: dukkhā jāti punappunaṁ. Gahakāraka ... [Selengkapnya]
SIGĀLOVĀDA SUTTA
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Mātāpitu upaṭṭhānaṁ Etammaṅgalamuttamaṁti.Membantu Ayah dan Ibu, Itulah Berkah Utama. Berbahagialah Anda yang masih ... [Selengkapnya]
Perayaan Āsādha Pūjā 2567 BE / 2023
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Tumhehi Kiccamātappaṁ, Akkhātāro Tathāgatā’tiEngkau sendirilah yang harus berusaha, Para Tathāgatā hanya menunjukkan ... [Selengkapnya]
Harta Mulia
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Attasammāpaṇidhi ca Etammaṅgalamuttamaṁti.Menuntun diri kearah yang benar, Itulah Berkah Utama. Pagi hari ini kita memiliki ... [Selengkapnya]
Mengatasi Takut dan Cemas
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dalam menjalani kehidupan tentunya banyak bermunculan masalah-masalah yang datang silih berganti. Diantara banyaknya masalah-masalah ... [Selengkapnya]