Berita / Ceramah

Perayaan Āsādha Pūjā 2567 BE / 2023


Āsādha Pūjā 2567 BE / 2023
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 6 Agustus 2023
Dhammadesanā: YM. Bhikkhu Cittanando Mahathera
Penulis & Editor: Lij Lij


Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)

Tumhehi Kiccamātappaṁ, Akkhātāro Tathāgatā’ti
Engkau sendirilah yang harus berusaha, Para Tathāgatā hanya menunjukkan Jalan.
(Dhammapada 276)

Hari suci Āsāḷha atau Āsādha sesungguhnya bukan hanya memperingati khotbah pertama Sang Buddha, tetapi juga memperingati saat TIRATANA menjadi lengkap dalam kehidupan kita sekarang pada masa Guru Agung Buddha Gautama.

Pada minggu ketujuh setelah mencapai Penerangan Sempurna, Guru Agung kita merenung apakah Dhamma yang ditemukannya akan diajarkan kepada khalayak ramai atau tidak, sebab Dhamma tersebut sangat dalam dan sulit untuk dimengerti oleh manusia yang masih diliputi oleh kegelapan batin, sehingga timbul keengganan untuk mengajarkan Dhamma.

Mengetahui hal tersebut, Brahma Sahampati turun dari Brahmaloka dan berdiri di satu sisi yang layak. Setelah memberi penghormatan kepada Buddha, Brahma Sahampati berkata kepada-Nya, "Semoga Sang Tathagata, demi belas kasih kepada para manusia, berkenan mengajar Dhamma. Dalam dunia ini terdapat juga orang-orang yang sedikit dihinggapi kekotoran batin dan mudah mengerti Dhamma yang akan diajarkan." Dengan mata dewa, Buddha dapat mengetahui bahwa memang ada orang-orang yang tidak lagi terikat kepada hal-hal duniawi dan mudah mengerti Dhamma. Karena itu Buddha mengambil ketetapan hati untuk mengajar Dhamma demi belas kasihnya kepada umat manusia.

Sang Buddha lalu mencari siapa yang layak dan akan dapat mengerti Ajaran tersebut. Beliau teringat kepada kedua orang Guru beliau sebelumnya yaitu Āḷāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta namun keduanya telah meninggal dunia. Sang Buddha kemudian teringat kepada 5 orang pertapa teman seperjuangannya selama bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela.

Di Taman Rusa Isipatana, tepat pada saat bulan purnama Āsāḷha atau Āsādha itulah lengkap Permata Buddha – Guru Agung Kita, Permata Dhamma – pada saat itu Guru Agung membabarkan khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma (Dhammacakkappavattana Sutta) yang berisi inti dari seluruh Ajaran Buddha, dan pada saat itu pula Guru Agung kita membentuk Saṅgha bersama dengan 5 Bhikkhu pertama (Pañcavaggiya Bhikkhū) yaitu Kondañña, Vappa, Bhaddiya, Mahānāma, dan Assaji,

Pada saat khotbah pertama tersebut, Guru Agung kita menyampaikan khotbah yang sangat penting yaitu Cattāri ariyasaccāni - 4 Kebenaran Mulia* yang terdiri dari :

1. Dukkha ariyasacca – Kebenaran Mulia Dukkha
Lahir, tua, sakit, mati, berkumpul dengan yang tidak disukai, berpisah dengan yang disukai ; tidak mendapatkan yang diinginkan adalah Dukkha / Penderitaan; singkatnya, kelima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan adalah Dukkha / Penderitaan. Memang ada kebahagiaan namun pada hakekatnya kebahagiaan yang kita alami pasti akan berlalu dan pada akhirnya kita harus berpisah dengan kebahagiaan tersebut. Kebahagiaan adalah tidak abadi, tidak kekal. Hal inilah yang perlu kita sadari dan renungi.

2. Dukkha samudaya ariyasacca – Kebenaran Mulia Asal-mula Dukkha
Dukkha / Penderitaan tidak muncul begitu saja, tidak juga karena ‘hukuman’ dari atas sana; tetapi tentu saja ada sebabnya. Sumber dari penderitaan adalah Taṇhā – nafsu kehausan yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habisnya.
Ada 3 bentuk Taṇhā yang menyebabkan penderitaan yaitu:
- Kāma-taṇhā : adalah kehausan terhadap kesenangan indria misalnya ketagihan akan bentuk-bentuk yang indah, suara yang merdu, aroma yang harum, rasa yang lezat, sentuhan yang lembut maupun bentuk-bentuk pikiran (khayalan); segala bentuk kenikmatan indriawi.
- Bhava-taṇhā : adalah kehausan terhadap kelangsungan / penjelmaan / kelahiran kembali sebagai akibat adanya pandangan salah attavāda yang beranggapan adanya atma (roh / jiwa) yang kekal dan terpisah.
- Vihhava-taṇhā : adalah kehausan terhadap pemusnahan akibat adanya pandangan salah ucchedavāda yang beranggapan bahwa segala sesuatunya akan berakhir, hancur, terhapus setelah kematian.
Ketiga taṇhā ini memunculkan kemelekatan sehingga mengkondisikan kelahiran kembali. Kelahiran kembali tentu juga berlanjut ke usia tua, sakit, dan kemudian mati; demikian terus berputar-putar terperangkap di dalam lingkaran tumimbal lahir.
Mengapa muncul taṇhā / keinginan? Keinginan muncul karena kita memiliki perasaan (vedanā). Mengapa perasaan muncul? Perasaan muncul karena adanya kontak (phassa).

Tidak ada segala sesuatu yang muncul tanpa sebab; seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam Paṭiccasamuppāda - Dependensi Kemunculan atau yang kita kenal dengan hukum sebab-musabab yang saling bergantungan.

Ajaran Buddha dalam Paṭiccasamuppāda bahwa:
Oleh karena ketidaktahuan (avijjā) muncul formasi-formasi / bentuk-bentuk karma (saṅkhārā) ; oleh karena formasi-formasi muncul kesadaran (viññāṇa) ; oleh karena kesadaran muncul batin dan jasmani (nāmarūpa) ; oleh karena batin dan jasmani muncul 6 landasan indriawi (saḷāyatana) ; oleh karena 6 landasan indriawi muncul kontak (phassa) ; oleh karena kontak muncul perasaan (vedanā) ; oleh karena perasaan muncul nafsu kehausan (taṇhā) ; oleh karena nafsu kehausan muncul pelekatan (upādāna) ; oleh karena pelekatan muncul eksistensi (bhava) ; oleh karena eksistensi muncul kelahiran (jāti) ; oleh karena kelahiran muncul ketuaan (jarā) , kematian (maraṇa) , kesedihan (soka) , ratap tangis (parideva) , duka jasmaniah (dukkha) , dukacita batiniah (domanassa) , kepedihan yang mendalam (upāyāsā) . Demikianlah asal mula penderitaan di jabarkan secara utuh dalam Paṭiccasamuppāda.

3. Dukkhanirodha ariyasacca – Kebenaran Mulia Lenyapnya Dukkha :
Dengan memotong sebab penderitaan sampai keakar-akarnya maka kebahagiaan tertinggi baru dapat dicapai. Lenyapnya dukkha adalah dengan mencapai Nibbāna.

4. Dukkhanirodha gāminī paṭipadā ariyasacca – Kebenaran Mulia Jalan menuju Lenyapnya Dukkha :
Sang Buddha menunjukkan satu jalan untuk membebaskan makhluk dari penderitaan yaitu dengan Jalan Tengah - Majjhima Pātipadā yang mencakup:
- Menjauhkan diri dari hidup mengikuti kesenangan nafsu indriawi dan hidup menyiksa diri
- Memupuk kesatuan Tindakan Benar yang dikenal dengan Ariya Aṭṭhaṅgika Magga - Jalan Mulia Berunsur Delapan

Ariya Aṭṭhaṅgika Magga
Jalan mulia berunsur delapan terdiri dari 3 bagian yaitu :
Paññā - Kebijaksanaan, terdiri dari :
1. Sammā-diṭṭhi - Pengertian Benar; misalnya pengertian tentang hukum kamma.
2. Sammā-sankappa - Pikiran Benar; misalnya pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih.
Sīla - Kemoralan, terdiri dari :
3. Sammā-vācā - Ucapan Benar; tidak bohong, tidak bicara kasar, tidak memfitnah, tidak omong kosong.
4. Sammā-kammanta - Perbuatan Benar; tidak membunuh, tidak mencuri, tidak asusila, tidak mabuk-mabukan.
5. Sammā-ajiva - Matapencaharian Benar; tidak berdagang : senjata, makhluk hidup, racun, obat-obatan terlarang.
Samādhi - Konsentrasi, terdiri dari :
6. Sammā-vāyāma - Daya-upaya Benar; berusaha mencegah sifat-sifat buruk yang belum muncul baik melalui pikiran maupun perbuatan badan jasmani dan mengikis sifat-sifat buruk yang sudah ada, memunculkan sifat-sifat baik yang belum muncul dan mengembangkan sifat-sifat baik yang sudah ada.
7. Sammā-sati - Perhatian Benar; melatih diri melalui meditasi, untuk menyadari pikiran maupun jasmani kita sendiri sehingga kita dapat lebih baik dalam pengendalian diri.
8. Sammā-samādhi - Konsentrasi Benar; meditasi yang benar menurut Buddhis yang dapat mengikis kekotoran batin Lobha, Dosa, Moha; dengan pencapaian Jhāna sebagai fondasi mencapai Nibbāna.
Dalam prakteknya kita menjalankan Sīla untuk mendukung pelaksanaan Samādhi agar dapat mencapai Paññā.

Tumhehi Kiccamātappaṁ, Akkhātāro Tathāgatā’ti
Sang Tathāgatā telah menunjukkan Jalan; dan diri kita masing-masing lah yang harus menjalankannya agar terbebas dari penderitaan.

Demikian yang dapat dituliskan kembali, mohon maaf jika ada kesalahan pendengaran dan pemahaman dikarena keterbatasan pengetahuan penulis.

Semoga kebaikan yang telah kita lakukan menjadikan berkah dalam kehidupan kita, mengkondisikan kesehatan, panjang umur, dan kesempatan untuk mempraktekkan Buddha Dhamma lebih baik lagi, juga kesempatan untuk memperbanyak perbuatan baik; sehingga hidup kita menjadi lebih baik hingga kita mencapai ‘kebebasan’.

Selamat merayakan Āsādha.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻




Related Postview all

Harta Mulia

access_time08 Agustus 2023 - 11:13:58 WIB pageview 1166 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Attasammāpaṇidhi ca Etammaṅgalamuttamaṁti.Menuntun diri kearah yang benar, Itulah Berkah Utama. Pagi hari ini kita memiliki ... [Selengkapnya]

Mengatasi Takut dan Cemas

access_time02 Agustus 2023 - 14:17:32 WIB pageview 1190 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dalam menjalani kehidupan tentunya banyak bermunculan masalah-masalah yang datang silih berganti. Diantara banyaknya masalah-masalah ... [Selengkapnya]

Kembangkan Pengetahuan dan Keterampilan Berselancar di Kehidupan

access_time20 September 2022 - 14:45:01 WIB pageview 2078 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) “Attadīpā, viharatha attasaraṇā anaññasaraṇā,dhammadīpā dhammasaraṇā ... [Selengkapnya]

Kerelaan Dasar Pencapaian

access_time09 September 2022 - 15:28:33 WIB pageview 2329 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dānañca dhammacariyā caEtammaṅgalamuttamaṁti. Mengembangkan kerelaan dan hidup sesuai DhammaItulah berkah utama. Para ... [Selengkapnya]

Mengatasi Kebencian

access_time02 September 2022 - 12:05:57 WIB pageview 2137 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Na hi verena verāni,sammantīdha kudācanaṃ;Averena ca sammanti,esa dhammo sanantano. Sesungguhnya dengan kebencian,kebencian tidak ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu