PENGANTAR DAN PENDAHULUAN
Kategori Paritta / Group Paritta / Paritta

No
Paritta
Hal
1
PARITTA SUCI

Kumpulan Wacana Pāli
untuk Upacara dan Pūjā

Penerbit :
YAYASAN SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA


_________________________

PARITTA SUCI

Kumpulan Wacana Pali untuk Upacara dan Puja
Oleh SANGHA THERAVADA INDONESIA
 
Edisi: II Pembaruan
Seri: 25/02/01/2005
Penyaji: Bhikkhu Dhammadhiro
Pemeriksa: Tim STI
Perancang Sampul: Mas Kis
Pengaturan & Tata letak: Tjeng Marlina Chandra Subhavati.
 
            Hak Cipta © Yayasan Sangha Theravada Indonesia
 
Penerbit:
Yayasan Sangha Theravada Indonesia Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya
Jin. Agung Permai XV /12 Blok C
Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara 14350
Tel. 021-64716739
Anggota IK API - Jakarta 2005

ISBN: 979-99812-0-4


_________________________

Edisi Pembaruan
Cetakan Pertama 2005,    20.000 jilid
Cetakan Kedua 2006,      12.000 jilid
Edisi II Pembaruan
Cetakan Pertama 2007,    20.000 jilid
Cetakan Kedua 2008,       20.000 jilid
Cetakan Ketiga 2009,       20.000 jilid
Cetakan Keempat 2010,   20.000 jilid
Cetakan Kelima 2011,      20.000 jilid
Cetakan Keenam 2012,     20.000 jilid
Cetakan Ketujuh 2013,     20.000 jilid
Cetakan Kedelapan 2014, 20.000 jilid
Dicetak Oleh : Percetakan Bocah Marga Jaya, Bekasi.


_________________________

Pemberitahuan:
 
Penerbit melayani pencetakan ulang pustaka Paritta Suci untuk tujuan pelimpahan jasa bagi mendiang. Tempat dan cara peletakan tulisan dan/atau gambar mendiang ditentukan oleh pihak penerbit.
 
Terima kasih.

viii
2
PENGANTAR

Dalam kehidupan di dunia yang fana ini manusia umumnya tidak dapat terlepas dari pengalaman suka dan duka. Yang dimaksud dengan suka di sini adalah pengalaman-pengalaman yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan; sedangkan duka adalah pengalaman-pengalaman yang berupa tidak tercapainya, terhalangnya atau hilangnya kesejahteraan dan kebahagiaan itu.

Dalam tiap-tiap kejadian, manusia senantiasa membutuhkan suatu kekuatan moril yang merupakan dorongan untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan, atau untuk mengatasi kedukaan yang diderita. Untuk keperluan tersebut, paritta-paritta yang tertera dalam kitab ini telah digunakan turun-temurun oleh umat Buddha dan telah dirasakan kemanfaatannya.

Dalam kehidupan masyarakat ini kita mengalami peristiwaperistiwa seperti: pernikahan, kelahiran, ulang tahun, menginjak kedewasaan, sakit, meninggal dunia atau kematian, dan peristiwaperistiwa lain. Di samping itu ada pula pengharapan agar usaha usaha dalam hidup memperoleh kemajuan; seperti: mendirikan/menghuni rumah baru, usaha baru dan sebagainya.

Paritta-paritta dalam kitab ini dibagi-bagi sesuai dengan tujuan agar dapat dibaca pada peristiwa-peristiwa yang dimaksud di atas. Ada pun paritta-paritta yang sesuai dengan maksud tersebut jumlahnya amat banyak, maka oleh karenanya, sesuai dengan keperluan dan keadaan waktu yang tersedia, dapat dipilih paritta-paritta tertentu di samping yang wajib digunakan.

Kitab paritta ini merupakan suatu usaha penyempurnaan dari buku-buku paritta yang sudah digunakan selama ini.

Kita sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang dengan penuh kesungguhan karena keyakinannya yang kuat terhadap Sang Tiratana membantu dalam usaha penyusunan, penterjemahan, dan penerbitan kitab paritta ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tiratana selalu membimbing dan melindungi kita.


SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA

ix
3
KATA PENGANTAR (EDISI PERBAIKAN)

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa
 
Kālena dhammassavanaṁ, Etam maṅgalamuttamaṁ
(Maṅgala Sutta)
 
Pustaka Paritta Suci ini, pada mulanya telah diterbitkan pada tahun 1983, yang digunakan oleh umat Buddha Indonesia untuk  memenuhi hidup  beragamanya,  meskipun  dengan keterbatasan pengalihbahasaan Pāli, serta pengetahuan bahasa Indonesia pada waktu itu.
 
Terdapat keyakinan bahwa getaran suara dari pembacaan Paritta/Pālivacana yang  disertai dengan  pemusatan  pikiran dapat menenteramkan keadaan saraf serta menghasilkan keheningan  (ketenangan/samatha) dan kebeningan  (bersih/vipassanā) batin. Batin  yang  tenang  meskipun  belum bersih sangatlah bermanfaat bagi hidup kita, sebab kedamaian batin sangat dibutuhkan di mana saja, apakah pada saat sakit, usia tua, bahkan kematian.
 
Umat Buddha sadar bahwa Paritta/Pālivacana menyimpan kekuatan yang luar biasa, selalu  dapat dimanfaatkan sebagai pelindung batin serta penganugerah berkah sesuai dengan harapan yang dikehendaki. Meskipun demikian, apakah Pālivacana selalu mampu menghasilkan perlihdungan serta berkah? Kita perlu ingat kembali kata-kata Y. A. Nāgasena, bahwasanya Pālivacana tidak  selalu dapat menghasilkan sesuatu yang kita harapkan karena tiga sebab: 1) halangan  kekuatan  kamma (kammavaraṇa),  2) halangan kekuatan kotoran batin (kilesavaraṇa), 3) halangan kurang/tidak-adanya keyakinan (asaddhanatā). Dengan  demikian, meskipun  pendengar Pālivacana memiliki kamma buruk, ataupun kotoran batin asalkan ia memiliki keyakinan teguh, ia bisa memperoleh ‘kemajuan’ pembacaan Pālivacana.
 
Atas dasar manfaat yang  sangat penting  itu, Saṅgha Theravāda Indonesia memberikan  perhatian khusus untuk memperbaiki beberapa kata/kalimat/syair yang belum bahkan samasekali tidak tepat, tidak sesuai dengan makna serta kaidah tata bahasa Indonesia; bahkan yang lebih penting lagi adalah kekeliruan makna yang terkandung dalam Pālivacana-nya.
 
Mengingat sedemikian penting arti sebuah kata bahasa Pāli pada saat pengucapannya, kata yang sama bila diucapkan beda suara akan menjadi lain sekali artinya, oleh karena itu, dalam edisi revisi telah  dilengkapi petunjuk cara baca Pālivacana yang  benar. Semoga para pengguna pustaka ini dapat mempunyai pemahaman arti yang benar pada saat mengucapkan kata-kata bahasa Pāli.
 
Kami berharap pustaka Paritta Suci ini dapat dipergunakan sebagai sumber pustaka acuan pada saat umat Buddha melakukan puja bakti untuk meningkatkan kualitas saddhā (keyakinan), sīla (kemoralan), cāga (kedermawanan), dan paññā (kebijaksanaan).
 
Pustaka Paritta Suci edisi perbaikan ini dapat diterbitkan berkat jasa Y.M. Bhikkhu  Dhammadhīro (seorang bhikkhu Saṅgha Theravāda Indonesia pengajar bahasa Pāli), yang telah meneliti kata demi kata Pālivacana, dan  memperbaiki pengalihbahasaan serta pemaknaan kata-kata yang kemudian dituliskan ke dalam kata-kata bahasa Indonesia. Demikian pula jasa Drs. I Gusti Bagus Ngurah, seorang pengajar bahasa Indonesia, yang telah menjadi penasihat dalam menyesuaikan untaian kata-kata naskah terjemahan dengan  tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 
Tidak lupa juga kami menyampaikan anumodanā, dan terima kasih kepada Y.M. Bhikkhu Dhammadhīro, Drs. I Gusti Bagus Ngurah, dan Ibu Adisari Notowidjojo atas segala jerih payah serta pengorbanan mereka dalam memeriksa, memaknai, memadukan, menyusun, dan  mempersembahkan  pustaka Paritta Suci ini kepada siapa saja yang  memerlukannya, khususnya umat Buddha Indonesia.
 
Anumodanā kami sampaikan juga kepada para bhikkhu anggota Saṅgha Theravāda Indonesia yang telah membantu dan turut berperan serta dalam penerbitan pustaka ini.
 
Semoga perilaku bajik tersebut berbuah kebahagiaan serta menjadi kekuatan pelindung dari berbagai bentuk penderitaan.
 
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai, itulah Berkah Utama. (Maṅgala Sutta)
 
Semoga Sang Tiratana selalu melindungi.
 
Semoga semua makhluk berbahagia.
 
 


Jakarta, Magha Puja 2548/Februari 2005
 
 
SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA

xi
4
KATA PENGANTAR (EDISI II PERBAIKAN)

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
 
Pūjā ca pūjanīyānaṁ, etammaṅgalamuttamaṁ,
Menghormat yang patut dihormat adalah berkah utama
 
Paritta (Pāli) atau paritrana (Sanskerta) dan pirit atau pirith  menurut pengucapannya dalam bahasa Singhala pada pokoknya bermakna ‘perlindungan’. Paritta adalah  khotbah Sang Buddha yang merupakan suatu perlindungan yang kuat bilamana bisa dihapal. Pada saat mengulangi paritta, pikiran harus ditujukan, dipusatkan pada makna paritta tersebut sehingga pada saat itu kesadaran (sati-sampajañña) menjadi kuat, pikiran (citta) bersatu dengan kebajikan, bersih dari kilesa, sebaliknya penuh dengan cinta kasih  (mettā) dan  kebenaran Dhamma (sacca). Jadi, mengulangi paritta merupakan kondisi untuk mempercepat masaknya buah kamma baik (kusala-kamma-vipāka) yang telah dibuat, sedangkan buah kamma tidak baik (akusala-kamma-vipāka) terhambat masaknya, terkecuali akusala-garuka-kamma-vipāka. Inilah yang dimaksudkan dengan perlindungan dalam paritta.
 
Seyogyanya umat Buddha menghayati Dhamma dan kemudian  mempraktikkannya dalam kehidupan  sehari-hari agar keyakinannya makin kokoh. Kekuatan mengulangi paritta atau membaca paritta sangat tergantung adanya faktor berikut ini:
1.  Saddhā, keyakinan yang kuat terhadap Dhamma.
2.  Sīla, memiliki moral yang baik.
3.  Mettā, cinta kasih universal yang berkembang.
4.  Sacca, kebenaran dalam mengucapkan Dhamma.
5.  Vacā, pengucapan yang tepat dan hapal dengan baik.
 
Adanya faktor ini akan mempercepat timbulnya ketenangan, kedamaian, bebas dari rasa takut dalam batin.  Orang sakit menjadi berbatin tenang dan bahagia, sehingga bebas dari kegelisahan. Hal ini bisa menjadi penopang proses kesembuhan atau pelepasan dari ikatan jasmani (artinya, kalaupun kematian telah saatnya harus datang, kedatangannya disertai batin yang tenang).
 
Dahulu,  mereka yang  mendengarkan  paritta yang diucapkan Sang Buddha langsung  merasakan  pengaruh  yang kuat. Hal ini terjadi karena mereka mengerti ucapan Sang Buddha. Sang Buddha sendiri minta dibacakan paritta dan Beliau kadang-kadang juga membacakan paritta untuk murid- murid-Nya yang sedang sakit. Di saat pikiran melemah karena keadaan  sakit, pembacaan paritta berguna memperkuat konsenterasi pikiran. Kegiatan semacam ini masih terus berlangsung sampai sekarang di negara-negara di mana ada umat Buddha.
 
Semoga dengan dicetaknya kembali pustaka Paritta Suci yang telah diperbaiki dan disempurnakan ini dapat meningkatkan keyakinan umat terhadap Dhamma.
 
Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para bhikkhu Saṅgha Theravada Indonesia yang telah membantu menyusun, mengedit serta umat yang telah berpartisipasi sampai pustaka paritta suci ini dapat dicetak ulang.
 
 
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
 
Yayasan Saṅgha Theravāda Indonesia

xv
5
PENDAHULUAN

Namatthu Buddhassa,
 
Pada akhirnya, terbit juga pustaka Paritta Suci edisi perbaikan yang pembaca budiman pegang ini. Terhitung sejak beberapa tahun lalu, Ibu Adisari Notowidjojo selaku kepala bagian penerbitan Yayasan  Dhammadīpa Ārāma, mempunyai satu kesepakatan dengan penyaji untuk mengadakan perbaikan pustaka Paritta Suci.  Dan, dengan  persetujuan Y.M. Khantidharo Thera, selaku Ketua Yayasan, pengerjaan perbaikan ini dimulai.
 
Dalam proses pengerjaannya, penyaji sangat mengharap kerja sama dari banyak pihak agar hasil perbaikan mencapai bentuk yang paling sempurna dan merupakan hasil karya bersama. Akan tetapi, justru karena mengikutkan banyak pihak itu, pengerjaan perbaikan ini menjadi memakan waktu cukup lama, mengingat tempat kediaman yang amat berjauhan dan keluangan waktu masing-masing yang tidak sama.
 
Sebenarnya, pustaka Paritta Suci sebelum edisi perbaikan ini bukanlah kurang bisa dipakai. Pustaka tersebut telah cukup baik, dan merupakan sajian terbaik pada saat banyak keterbatasan turut mewarnai proses penerbitannya pada masa itu. Setelah pihak penerbit merasa perlu dan telah siap untuk mengadakan  pembaharuan, pustaka Paritta Suci edisi perbaikan diterbitkan dengan harapan sebagai persembahan yang lebih baik bagi para pembaca, pemakai pustaka ini.
 
Pengerjaan perbaikan ini dimulai dengan pembetulan aksara Pāli yang salah cetak, penyesuaian penggunaan istilah Pāli, penyerasian naskah terjemahan atas naskah Pālinya, dan diakhiri dengan pembenahan urutan wacana dan penambahan beberapa wacana seperlunya. Naskah terjemahan telah diusahakan sedekat mungkin dengan makna aslinya dengan tetap mengindahkan tata bahasa yang baik dan benar, namun juga tak meninggalkan segi keindahan berbahasa.
 
Tanpa peran dan kepedulian dari banyak pihak, baik yang mulia para bhikkhu anggota Saṅgha Theravāda Indonesia sendiri, organisasi-organisasi sekinerja, ataupun umat Buddha secara umum, penerbitan pustaka Paritta Suci edisi perbaikan ini akan  masih  tetap  menjadi satu  pengharapan. Untuk itu, atas nama pribadi, penyaji menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya dan anumodana kepada semua pihak. Sayang sekali mereka sangat banyak jumlahnya, sehingga tidak dapat disebutkan satu demi satu di sini. Ucapan  terima kasih dan anumodana penyaji sampaikan secara khusus kepada Drs. I Gusti Bagus Ngurah yang telah memberikan banyak saran dan masukan pada penyuntingan terakhir naskah terjemahan.
 
Pengerjaan perbaikan ini banyak mengalami kesulitan dan kekurangan, terutama tentang pemilihan istilah  terjemahan yang tepat dan baku. Untuk itu, segala bentuk kritikan  dan saran-saran akan sangat dihargai demi kesempurnaan pada penerbitan di masa mendatang.
 
Akhirnya, apapun bentuk pahala yang diperoleh dari pengerjaan pustaka Paritta Suci edisi perbaikan ini; semoga pahala itu semua melimpah kepada para pembaca budiman, pemakai pustaka ini, dan kepada umat Buddha secara keseluruhan.
 
 
Mettācittena,
 
Penyaji

xvii

Hal: << First | < Prev | 1 | Next > | Last >>
menu SASANA SUBHASITA
menu