Persiapan Meditasi Duduk
Persiapan Meditasi Duduk
-by: YM. Bhikkhu Santacitto Ph.D.-
Penulis & Editor: Lij Lij
Seperti kita ketahui bahwa meditasi dalam Ajaran Sang Buddha dapat menggunakan berbagai macam posisi yang secara garis besar ada 4 macam posisi yaitu:
1. Duduk
2. Berdiri
3. Berjalan
4. Berbaring
Dari 4 posisi ini, yang paling istimewa dan banyak dipraktekkan oleh umat Buddha adalah meditasi dengan posisi duduk. Mengapa meditasi dengan posisi duduk ini dikatakan istimewa? Karena pada saat kita meditasi duduk, paling tidak 5 indera kita (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh) sudah berkurang aktifitasnya sehingga membantu ketenangan. Berbeda dengan meditasi jalan yang masih menggunakan mata untuk melihat jalan.
Nisīdati pallaṅkaṃ ābhujitvā
Ujuṃ kāyaṃ paṇidhāya
Seseorang hendaknya duduk bersila dengan badan ditegakkan.
Duduk bersila sesuai dengan kenyamanan masing-masing, tetapi lakukan dengan rileks. Kaki boleh dalam posisi Lotus, setengah lotus, kaki kiri di dalam-kaki kanan diluar atau sebaliknya.
Badan hendaknya ditegakkan (Ujuṃ kāyaṃ paṇidhāya); walaupun tegak bukan berarti tegang. Tegak tetapi tetap rileks.
Keuntungan posisi duduk dengan badan tegak :
-
Dengan badan tegak maka tulang belakang saling menumpuk sehingga memudahkan
meditator bertahan lebih lama; karena tulang belakang yang menumpuk tidak mudah
menimbulkan rasa sakit.
-
Dengan badan tegak maka disitu ada unsur semangat
Salah satu rintangan batin yang muncul dalam meditasi adalah Thina-middha atau rasa ngantuk-rasa malas. Posisi duduk dengan badan tegak ketika kemalasan muncul, ketika rasa ngantuk muncul maka akan mudah teratasi karena di dalam badan yang tegak disitu sudah ada unsur semangat.
-
Dengan badan tegak, nafas kita akan lebih berjalan dengan lancar. Bernafas akan lebih lancar. Berbeda dengan kalau posisi badan miring, membungkuk, ataupun mendongak maka nafas menjadi tidak lancar. Apalagi pada meditasi duduk kebanyakan kita menggunakan objek keluar-masuk nya nafas. Maka dengan badan tegak akan melancarkan nafas dan memudahkan kita dalam mengamati objek keluar-masuk nya nafas.
Tegak tetapi RILEKS. Mengapa harus rileks???
Karena di dalam kondisi tubuh yang rileks, disitu ada unsur LETTING GO – ada unsur NON ATTACHMENT; ada unsur ketidak-melekatan. Coba, kalau pikiran kita tegang; kalau pikiran kita menggenggam, kalau pikiran kita melekati sesuatu maka fisik kita juga menjadi tegang. Tetapi kalau batin kita tidak melekat, batin memiliki kualitas LETTING GO – melepas maka fisik kita juga menjadi rileks.
Oleh karena itu dalam meditasi walaupun BADAN TEGAK tetapi TETAP RILEKS. Lantas kemudian, tangan kita baik untuk diletakan di atas pangkuan ataupun di atas paha; tidak perlu menggunakan mudra apapun. Dalam meditasi Buddhist lebih mengacu kepada batin kita, bukan kepada posisi. Posisi memang penting untuk kita gunakan, kita atur dengan sebaik-baiknya untuk membantu mengkondisikan agar batin mudah terkonsentrasi tetapi tidak perlu menggunakan cara-cara yang lain; cukup gunakan cara biasa yang normal yang wajar: tangan diatas paha atau di atas pangkuan saling menumpuk. TANGAN diletakkan dengan RILEKS. MATA terpejam dengan RILEKS.
Dan kita merasakan seluruh tubuh, seluruh jasmani dengan rileks. Make sure – meyakinkan SELURUH JASMANI kita sudah betul-betul dalam kondisi RILEKS. Pada saat jasmani rileks maka kita akan mudah untuk memperhatikan objek keluar masuknya nafas. Saat itulah kita mulai memperhatikan objek keluar masuknya nafas dengan sikap tubuh yang rileks dan dengan kondisi tubuh yang rileks.
Hal yang sangat PENTING; di dalam memperhatikan nafas harus INGAT bahwa MEMPERHATIKAN NAFAS TIDAK TERLALU TEGANG tetapi juga TIDAK TERLALU KENDOR.
Artinya : dalam memperhatikan nafas jangan terlalu memaksakan batin kita untuk memperhatikan nafas; tetapi di saat yang sama juga jangan melupakan nafas.
Terlalu tegang terlalu memaksakan terlalu membuat fokus batin kita terhadap nafas – disitu ada kelelahan, disitu ada ketegangan; dan itu tidak baik.
Tetapi kalau kita terlalu kendor, melupakan nafas – disitu tidak ada Latihan Meditasi.
Maka bagaimana seharusnya kita memperhatikan nafas?
Diumpamakan seperti seekor induk macan yang memindahkan anaknya dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menggigitnya. Dan kita tahu, seekor induk macan yang menggigit anaknya; akan menggigit dengan tidak terlalu kencang tetapi juga tidak terlalu kendor. Kalau terlalu kencang, kulit anaknya terluka; dan kalau terlalu kendor maka anaknya tidak bisa di pindah /akan jatuh.
Maka bagaimana seekor induk macan memindahkan anaknya dengan mengigit tidak terlalu kencang tidak terlalu kendor; demikian pula pada saat kita memperhatikan nafas adalah bagaimana kita MEMPERHATIKAN NAFAS tetapi TIDAK MENCENGKERAM NAFAS. Kita menggunakan nafas sebagai objek, kita mengawasi nafas, kita memperhatikan nafas; tetapi disaat yang sama TIDAK MELEKATI NAFAS. Yaitu dengan cara SEKEDAR MEMPERHATIKAN, tidak terlalu mencengkeram, TIDAK TERLALU FOKUS, tetapi juga TIDAK TERLALU KENDOR (tidak melupakan nafas).
Itulah mengapa dalam memperhatikan nafas, kita dianjurkan untuk MEMPERHATIKAN NAFAS yang APA ADANYA. Memperhatikan NAFAS yang ALAMI, bukan dibuat-buat ; artinya ketika nafas panjang sekedar ketahui itu nafas panjang; ketika nafas pendek sekedar ketahui itu nafas pendek. Jangan kemudian ketika nafas panjang, dibuat pendek; ketika nafas pendek, dibuat panjang; diatur – TIDAK. Kita memperhatikan nafas sebagaimana adanya, memperhatikan nafas yang alami. Dan disitulah kita akan memperhatikan secara alami nafas yang apa adanya tanpa membuat-buat tanpa mencengkeram tanpa melekati tanpa membuat nafas itu menjadi panjang atau menjadi pendek tetapi biarkan nafas berproses apa adanya.
Itulah bagaimana proses kita mengawali meditasi, mempersiapkan bagaimana kita bermeditasi mulai dari mengambil postur tubuh sampai kita memperhatikan objek meditasi yang dalam hal ini objek keluar masuknya nafas.
Buddhasāsanaṁ ciraṃ tiṭṭhatu.
Semoga Ajaran Buddha bertahan lama.
Related Postview all
Mengapa Kita Harus Bermeditasi ?
Ada banyak alasan mengapa kita harus bermeditasi. Seperti hal nya jasmani kita yang butuh untuk dimandikan setiap hari. Misalkan dalam 1 minggu, 2 minggu, jasmani kita tidak dibersihkan, ... [Selengkapnya]
Mempraktikan Buddha Dhamma Demi Kebahagiaan dan Kesejahteraan Semua Makhluk
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Khantῑ paramaṁ tapo tῑtikkhāNibbānaṁ paramaṁ vadanti BuddhāNa hi pabbajito parūpaghātῑSamaṇo hoti paraṁ ... [Selengkapnya]
YM. Bhikkhu Sombat Pavitto Mahathera - Dhammadesana
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Sabbapāpassa akaraṇaṁ, kusalassūpasampadā.Sacittapariyodapanaṁ,Etaṁ Buddhāna sāsanaṁ." Sebagai Umat Buddha ... [Selengkapnya]
Bakti Kepada Leluhur
Tradisi sembahyang Cit-Gwee dan pelaksanaan patidana yang sering kita lakukan, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui terkait dengan Dhamma. Meluruskan beberapa pandangan yang ... [Selengkapnya]
Membangun Kepercayaan Menuju Tenang dan Damai
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x)Dhammo avera khanti dhamma care ti. Dhamma akan melindungi siapapun yang mengetahui mengerti memahami dan menyadarinya. Kita ... [Selengkapnya]