Berita / Ceramah

Cemas & Takut?? No Way!!


Puja Bakti Online
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 31 Mei 2020
Sharing Dhamma: Rm. Dr. Toni Yoyo, ST, MM, MT (CPS, CG, CHt)
Tema Dhamma: "Cemas & Takut?? No Way!!"
Penulis & Editor: Lij Lij


Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna (3x)

Sharing Dhamma kali ini berjudul "Cemas & Takut?? No Way!!" relevan dengan kondisi saat ini dimana pandemic covid-19 masih belum ada kepastian; kapan selesai, obatnya apa, dan vaksinnya bagaimana. Diharapkan sesi ini dapat menjadi modal / bekal bagi kita semua untuk memahami bagaimana kecemasan dan ketakutan muncul dalam diri kita; kemudian bagaimana kita dapat mengolah kecemasan dan ketakutan tersebut untuk tidak menjadi negatif tetapi sebaliknya justru menjadi hal yang positif guna meningkatkan diri dan kehidupan kita.

Sebuah penelitian / study mencengangkan bahwa 90% – 95% kecemasan – ketakutan yang melanda pikiran manusia, yang hadir dalam kehidupan manusia TIDAK TERJADI. Dan sisanya sekitar 5-10% yang terjadi itupun TIDAK SEBURUK tidak semenakutkan seperti apa yang dipikirkan sebelumnya.

90-95% KECEMASAN DAN KETAKUTAN TIDAK TERJADI
Artinya jika dalam kehidupan kita memiliki 10 kecemasan – ketakutan maka 9 dari kecemasan – ketakutan tersebut tidak pernah terjadi; kalau diambil 100 maka 90% tidak menjadi kenyataan. Tentu saja kalau kita mau mengakui bahwa dalam kehidupan ini, kecemasan – ketakutan itu luar biasa banyak hadir dalam pikiran kita. Kalau kita sebagai pekerja: kita khawatir bagaimana dengan pekerjaan kita, dengan perusahaan tempat kita bekerja. Kalau kita sebagai pengusaha / orang yang berusaha maka mungkin saja kita khawatir bagaimana dengan kelangsungan usaha kita terutama saat kondisi seperti sekarang ini. Kita juga memiliki kecemasan & ketakutan terhadap keluarga kita; dengan pasangan kita, dengan anak-anak kita, dengan orangtua kita; dengan teman-teman kita dan sebagainya. 90% dari kecemasan – ketakutan yang datang dalam diri kita tersebut tidak pernah menjadi kenyataan.
Sesungguhnya diri kita sendirilah yang paling kejam menyiksa diri sendiri. Mengapa? Mungkin anda beranggapan bahwa ada orang si-A, si-B, si-C tidak baik terhadap anda; mereka mengganggu dan melakukan hal-hal buruk kepada anda; anda merasa menjadi objek yang menderita. Tetapi itu belumlah luar biasa karena sesungguhnya diri kitalah yang membiarkan pikiran-pikiran cemas & takut menghinggapi kita setiap harinya sehingga membuat hidup kita menjadi ‘tidak normal’.

KECEMASAN DAN KETAKUTAN ADALAH NORMAL DALAM KEHIDUPAN
Lalu bagaimana kita mengelola kecemasan dan ketakutan ini sehingga tidak berlebihan dan mengganggu serta membuat hidup kita menjadi tidak normal???
Cemas dan Takut itu sebenarnya adalah NORMAL dalam kehidupan kita. Setiap manusia biasa akan mengalami kecemasan dan ketakutan. Tetapi seharusnya kecemasan dan ketakutan tersebut tidaklah boleh berlebihan sehingga mencengkeram, membelenggu kehidupan mengakibatkan hidup kita menjadi tidak normal. Kita harus menyadari bahwa kecemasan dan ketakutan itu adalah normal. Mengelola kecemasan dan ketakutan diperlukan agar kadar atau dosis nya menjadi wajar, menjadi normal.
Bayangkan sekiranya besok kita akan membawakan sebuah presentasi dihadapan suatu perusahaan atau calon pelanggan. Mungkin saja kita menjadi cemas – takut menghadapinya; kecemasan – ketakutan begitu besar dalam diri kita. Bagaimana kita mengelolanya kecemasan dan ketakutan ini? Pertama, kita sadari bahwa adalah wajar muncul rasa cemas – takut untuk dapat memenangkan potensi besar tersebut; setelah menyadarinya kemudian kita cek / periksa kembali apakah data-data yang dimasukkan dalam materi presentasi sudah lengkap, apakah urutan materi presentasi sudah menggambarkan dengan baik apa yang ingin kita sampaikan, dan seterusnya.
Jadi cemas dan takut yang muncul itu kita gunakan untuk melakukan pengecekan ulang, persiapan ulang, bahkan membawakan presentasi seakan-akan kita berada di hadapan calon pelanggan tersebut. Artinya, cemas dan takut tersebut seumpama rem bagi kendaraan bermotor. Apakah dalam berkendara kita tekan terus rem nya sekencang-kencangnya? Tentu tidak, karena jika kita terus menerus menekan rem sekuat-kuatnya maka sudah tentu kendaraan kita tidak akan melaju. Demikian hal nya jika kecemasan dan ketakutan dalam kehidupan kita begitu besar, begitu berlebihan; maka kehidupan kita tidak akan dapat berjalan dengan baik, dengan normal. Rem kecemasan – ketakutan itu berfungsi sesekali di pakai. Itupun tidak langsung besar; tergantung situasi dan kondisi.
Demikian, cemas dan takut ibarat rem dalam kendaraan kehidupan kita.
Cemas dan takut adalah sahabat artinya berteman sangat baik. Ketika kecemasan itu muncul maka ketakutan biasanya mendampingi; demikian sebaliknya.

Seandainya kita memakai kacamata yang dikotori oleh debu; apakah kita dapat melihat dengan baik? Jawabnya tergantung; seberapa banyak kotoran / debu yang menutupi kacamata kita. Kalau kotoran / debu yang menutupi itu banyak, maka tentu kita tidak dapat melihat. Dalam Ajaran Buddha, ada yang disebut dengan kekotoran batin (kilesa). Kekotoran batin artinya ‘kotoran / debu’ yang menempel di batin kita sehingga batin kita tidak jernih. Kita tidak mampu memahami sepenuhnya, seutuhnya, apa adanya. Karena itu maka Ajaran Buddha membantu kita, melatih kita mempraktekkan agar kotoran batin kita perlahan terkikis dan pada akhirnya nanti terlepas sepenuhnya.
Salah satu dari kilesa / kekotoran batin adalah kegelisahan dan kekhawatiran yang sering diwujudkan dengan kecemasan dan ketakutan yang menjadi topik kita kali ini; artinya topik ini jika kita pahami dan kita praktekkan maka akan membantu kita mengikis salah satu kilesa – kekotoran batin kita yang pada akhirnya batin kita akan lebih jernih.

PENYEBAB KECEMASAN DAN KETAKUTAN
Ada 2 penyebab utama kecemasan dan ketakutan yang melanda pikiran dan kehidupan manusia:
1. Keserakahan (Lobha)
Orang yang serakah, didorong oleh keserakahan yang berlebihan pasti mendatangkan kecemasan dan kekhawatiran. Semakin banyak ‘properti’ yang kita miliki, semakin cemas dan khawatir akan kehilangan. Ketika keserakahan mendorong kita untuk memiliki lebih banyak, maka potensi kecemasan dan ketakutan yang muncul dalam diri kita akan semakin besar.

2. Konsep ‘AKU’ yang keliru
Ketika ‘AKU’ dilekatkan ke semua; ini ‘AKU’, ini rumah-KU, ini mobil-KU, ini Vihara-KU, ini pasangan-KU; semua dilekatkan ke ‘AKU’ maka kecemasan dan ketakutan juga akan mengikuti, akan banyak hadir dalam diri kita. Secara sederhana diilustrasikan jika kita memiliki 1 anak dibandingkan dengan memiliki 5 anak maka sebagai orangtua pasti sayang dengan semua anaknya; antara 1 dengan 5 tentu saja yang 5 akan lebih banyak kekhawatirannya.
Demikian halnya jika ‘AKU’ ditempelkan, diidentikkan dengan banyak sekali orang, banyak sekali benda, banyak sekali situasi; maka kita harus siap-siap mengalami kecemasan dan ketakutan yang lebih banyak.

Bagaimana mengurangi kecemasan dan ketakutan?
Jika kita ingin meningkatkan prestasi, pencapaian, hasil yang kita peroleh dalam kehidupan; salah satu cara sederhana adalah kurangi rasa cemas dan takut dalam diri kita, hadapi apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin; maka sangat mungkin akan meningkatkan hasil dari apa yang kita lakukan.

MENGATASI KECEMASAN DAN KETAKUTAN
Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa topik kita kali ini bukan bertujuan agar kita semua tidak lagi memiliki kecemasan dan ketakutan; tetapi agar jangan sampai kecemasan dan ketakutan begitu besar begitu mencekam membelenggu kita; harus dikelola supaya level atau jumlahnya tepat dan akhirnya dapat memberi efek positif bagi diri kita dan kehidupan kita.
Cara mengelola kecemasan dan ketakutan antara lain:

1. Banyak bersyukur dan berterimakasih
Mudah mengucapkannya; tetapi mempraktekkannya?? Banyak di antara kita tidak mudah untuk bersyukur. Kita selalu membandingkan, lalu iri dengan orang-orang yang terlihat ‘diatas’ kita. Agar dapat lebih mudah bersyukur maka kita harus lebih sering melihat ‘kebawah’ bukan keatas.
Melihat orang-orang dengan kondisi yang lebih buruk dari kita; entah kondisi kehidupannya kah, atau mungkin kondisi anggota tubuhnya yang tidak lengkap. Melihat kepada orang yang membantu di rumah kita, yang menjaga keamanan di lingkungan tempat tinggal kita, yang mengumpulkan membersihkan sampah di lingkungan kita; tidak gampang kita mengucapkan terimakasih kepada mereka padahal mereka sudah berjasa membantu kehidupan kita menjadi lebih baik, lebih enak. Dengan lebih mempraktekkan bersyukur dan berterimakasih sesungguhnya kita menyiapkan satu fondasi satu dasar yang kuat bagi kita untuk melangkah ke kehidupan yang lebih baik kedepannya.

2. Hidup kekinian
Niccolo Paganini seorang pemusik Italy legendaris, ketika dalam pertunjukan musiknya salah satu senar biolanya putus. Kalau pemain musik biasa pasti sudah menghentikan permainan musiknya lalu mengganti alat musiknya; tetapi tidak dengan Niccolo. Dia tidak menghentikan permainan musiknya walaupun senar biolanya tinggal 3 (dari yang seharusnya 4 senar). Tingkat kesulitan permainan biolanya menjadi lebih sulit karena hanya 3 senar. Setelah beberapa lama biola dengan 3 senar dimainkan, kembali senar yang lain ikut putus hingga tersisa 2 senar. Dia pun terus memainkan biolanya tanda henti walaupun tingkat kesulitannya berlipat. Tentu saja Niccolo Paganini hanya berfokus pada 2 senar biola yang masih tersisa.
2 senar yang putus adalah masa lalu yang tidak perlu dipikir; tetapi berfokus pada 2 senar yang masih tersisa bagaimana menggunakannya agar dapat menyelesaikan pertunjukan.
Hidup kekinian artinya apapun yang sedang dihadapi kita jalani setiap saat dalam kehidupan; berikan fokus, konsentrasi, diri kita yang terbaik terhadap apa yang sedang kita hadapi dan jalankan.

3. Menerima 8 faktor kehidupan
8 fenomena kehidupan terdiri 4 pasang : untung – rugi; nama baik – nama buruk; dipuji – dicela; bahagia – menderita. Dari 4 pasang ini ada 4 hal baik yang disukai; dan ada 4 pasang pula yang kurang baik yang tidak diinginkan. Apakah ada seorang manusia biasa yang selalu menerima 4 hal baik saja tanpa mengalami 4 hal buruk lainnya? Atau sebaliknya hanya mengalami 4 hal buruk saja tanpa pernah mengalami 4 hal baik lainnya? Tentu tidak ada seorang manusia pun yang mengalami se-ekstrim itu.
Dalam kehidupan ini semua hal 8 faktor kehidupan akan datang silih berganti. Dengan memahami dan mengerti Ajaran Buddha ini; pada saat kita mengalami kebaikan / kebahagiaan, kita tidak perlu cemas dan takut berapa lama kebaikan / kebahagiaan tersebut dapat dinikmati; atau sebaliknya pada saat kehidupan kita dalam keburukan / kemalangan maka kitapun tidak perlu cemas dan takut.
Kecemasan dan ketakutan hanya akan membebani kita; jalankan saja yang terbaik apa yang saat ini sedang kita hadapi.

4. Percaya dan yakin akan HUKUM KARMA
Hukum karma adalah hukum perbuatan. Paritta Abhiṇha-paccavekkhaṇa (perenungan kerap kali) sebaiknya direnungkan kerap kali setiap hari sehingga mempermudah kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Aku adalah pemilik, pewaris, lahir, berhubungan, terlindung oleh KARMA-ku sendiri; apapun karma yang ku perbuat, yang baik ataupun yang buruk itulah buah / akibat yang akan ku terima di waktu selanjutnya.
Dengan sering merenungkan hal ini maka kita akan lebih mudah menerima terutama pada saat kehidupan kita berada di kondisi atau situasi yang sulit. Masalah, hambatan, tantangan yang datang pada kita; dengan memahami Hukum Karma bahwa perbuatan kita akan memberikan buah yang sesuai untuk kita terima; kesulitan, masalah, tantangan ini juga adalah buah / akibat dari Karma kita.

5. Kendalikan pikiran negatif
Pikiran-pikiran negatif diantaranya marah, benci, jengkel, iri, dendam; hendaknya hanya menjadi ‘tamu’ bukan tuan rumah artinya hanya sekali-sekali saja berkunjung, bukan setiap waktu setiap saat menempati rumah. Pikiran kita hendaknya tidak menjadi tempat bagi pikiran-pikiran negatif. Tuan rumah pikiran kita haruslah pikiran yang positif.

6. Praktik meditasi
Praktik meditasi meskipun hanya beberapa menit tetapi jika kita melakukannya dengan penuh konsentrasi maka sangat mungkin kita akan menjadi jauh lebih tenang. Praktik meditasi artinya pengelolaan pikiran.
Ada 2 jenis meditasi dalam Ajaran Buddha;
yang pertama adalah kita menyadari satu objek tertentu sesuai dengan Ajaran Buddha; jenis meditasi ini melatih konsentrasi yang pada akhirnya akan lebih mudah bagi kita untuk mendapatkan ketenangan pikiran;
yang kedua adalah menyadari sepenuhnya segala sesuatu yang hadir dalam pikiran kita, mengerti sepenuhnya dimana pada akhirnya akan tumbuh kebijaksanaan, penyadaran, pengetahuan yang murni yang tinggi.
Apapun jenis meditasi yang kita praktikkan, keduanya adalah pengelolaan pikiran. Jika kita mampu mengarahkan pikiran kita kepada objek meditasi seperti yang diajarkan Buddha artinya tidak ada tempat bagi pikiran negatif termasuk kecemasan dan ketakutan untuk hadir dalam pikiran kita. Artinya kecemasan dan ketakutan menurun levelnya, normal, wajar, dan sehat; maka kehidupan kita akan lebih baik.

7. Hadapi dan atasi masalah
Masalah tidak akan pernah menjauh dari kehidupan kita. Seorang manusia normal bahkan Buddha sekalipun ‘masalah’ akan datang menghampiri.
Bagi kita sebagai manusia biasa, masalah akan menjadi bagian rutin sepanjang kehidupan. Ada orang-orang yang menghindari - lari dari masalah. Dalam kebanyakan kasus, masalah yang dihindari justru akan bertambah besar; menjadikan rasa cemas dan takut kita juga menjadi semakin besar. Mungkin ada masalah yang seiring berjalannya waktu akan mengecil, memudar serta hilang tetapi di dalam kebanyakan kasus masalah tersebut akan semakin membesar lalu membuat kita menjadi cemas dan takut dari waktu ke waktu.
Banyak hal baik dalam kehidupan kita yang kita mengerti dari belajar Ajaran Buddha, kita tahu bahwa hal-hal tersebut baik, benar, bermanfaat, terbaik; tetapi belum tentu kita berani mengambil kesempatan melakukan kebajikan tersebut misalnya melewatkan kesempatan untuk donor darah karena takut jarum suntik atau alasan-alasan lainnya. Jika kita mengerti bahwa hal-hal tersebut baik, apa masalah kita sehingga tidak kita lakukan? Tantanglah masalah itu, hadapi dan ambil kesempatan berbuat baik. Jangan sampai ketika kehidupan kita terus berjalan lalu pada akhirnya kita menyesali apa yang kita lepaskan dalam kehidupan ini, hal-hal baik yang tidak kita lakukan.

8. Lebih sering memberi dan berbuat untuk orang lain
John D. Rockefeller seorang yang sangat kaya di Amerika sekitar tahun 1920an. Ketika menginjak usia 54 tahun, kondisi fisiknya sangat mengenaskan. Punggungnya bongkok, lehernya kurus sekali, matanya cekung, pipinya tirus, rambutnya hampir botak, berbagai gambaran kondisi fisik yang buruk sekali. Mengapa kondisinya seperti itu? John Rockefeller ini kaya karena didorong oleh keserakahannya, keinginan untuk mengumpulkan terus uang, uang dan uang. Lalu khawatir terhadap apa yang dimiliki; takut kekayaannya berkurang, takut diambil orang, takut ditipu, dan seterusnya. Lalu dia juga cemas dan takut kalau nanti, nanti, nanti kedepannya masihkah dapat mengumpulkan lebih banyak lagi harta benda. Sehingga diusia 54 tahun kondisinya menjadi sangat buruk akibat keserakahan dan kekikirannya. Singkat cerita ketika menyadari keserakahannya, kecemasan dan ketakutannya; John kemudian lebih banyak berbuat baik. Melalui Rockefeller Foundation dia melakukan banyak hal-hal kemanusiaan, hal-hal sosial. Dipercaya bahwa dengan melakukan lebih banyak kebaikan dapat memperpanjang usia. Seorang John Rockefeller yang pada usia 54 tahun kondisi fisiknya mengenaskan; ternyata dapat meninggal di usia 98 tahun. Artinya John dapat memperpanjang usianya 45 tahun.
Oleh karena itu hendaknya kita mau lebih sering memberi dan berbuat untuk orang lain, membantu orang lain walaupun sebagian. Lakukanlah lebih banyak lagi perbuatan baik dalam kehidupan ini. Dengan cara demikian akan lebih mudah bagi kita untuk memunculkan kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan yang lebih sering muncul dan dengan didukung oleh kekuatan karma baik maka niscaya akan memperpanjang kehidupan kita dalam usia yang lebih panjang, dalam kesehatan yang baik dan dalam kondisi kehidupan yang baik.

Demikian yang dapat di tuliskan kembali. Mohon maaf jika ada kesalahan pendengaran dan pemahaman.
Semoga bermanfaat.


Sebanyak kami telah mencapai dan mengumpulkan jasa Semoga semua Dewa, makhluk halus, makhluk hidup turut bergembira.
Dengan jasa kebajikan ini Semoga mereka yang menderita terbebas dari penderitaan, Semoga mereka yang sakit terkondisi sembuh, Semoga semua makhluk senantiasa sehat dan selamat.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu




Related Postview all

Virus Kehidupan

access_time31 Mei 2020 - 00:41:02 WIB pageview 8907 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna (3x) Sudah memasuki 3 bulan kita semua mengalami ... [Selengkapnya]

Praktek Dhamma di Masa PSBB

access_time22 Mei 2020 - 00:06:00 WIB pageview 8259 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Arōgyā paramā lābhāSantuṭṭhi paramaṃ dhanaṃVissāsa paramā ñātiNibbānaṃ paramaṃ sukhaṃ(Dhammpada XV : ... [Selengkapnya]

Berbagi Itu Indah dan Membuat Semua Bahagia

access_time22 Mei 2020 - 00:02:55 WIB pageview 9840 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Pagi ini kita bersama-sama menjalani Puja dengan cara yang istimewa, berbeda dari biasa karena kita semua tidak ada bersama di ruang ... [Selengkapnya]

Dhammadesana Waisak 2564 BE / 2020 YM. Bhikkhu Cittanando Mahathera

access_time17 Mei 2020 - 00:15:15 WIB pageview 8699 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Detik-detik Waisak tahun ini yaitu pada Kamis, 7 Mei 2020 tepatnya pukul 17:44:51 WIB kita sambut dengan sangat sederhana. Tidak ... [Selengkapnya]

Pohon Kekotoran Batin

access_time17 Mei 2020 - 00:11:05 WIB pageview 15544 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) "Kiccho manussapatilābho, Kiccham maccana jîvitam. Kiccham saddhammasavanam, Kiccho Buddhānam uppādo" "Sungguh sulit untuk ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu