I am Buddhist
Puja Bakti Umum
Minggu, 15 Maret 2020
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: Rmn. Santi
Tema Dhamma: I am Buddhist
Penulis & Editor: Lij Lij
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Sudah merasa diri sebagai Buddhis? Ya!
I am Buddhist! Saya Buddhist!
I am? Saya.
Saya itu siapa? Saya itu adalah makhluk hidup yang disebut manusia.
Secara Dhamma dikatakan
"Kicco Manussapaṭilābho, Kicchaṁ Maccāna Jῑvitaṁ"
Sungguh sulit terlahir sebagai manusia,
Sungguh sulit kehidupan manusia.
Manusia dalam pandangan agama Buddha dapat dibedakan dalam 4 jenis manusia yaitu:
1. Manussa Peto (Manusia setan)
Berbadan manusia tetapi berbatin setan / hantu.
Dikatakan demikian karena memiliki kesadaran serakah, sombong, dan berpandangan keliru.
Dalam kehidupan kita sehari-hari; ada tidak jenis manusia seperti ini? Pasti ada!
Apakah diri anda termasuk jenis manusia ini? Silahkan dicermati.
Jaman sekarang banyak perilaku yang disebut manusia-setan. Orang yang serakah, mendewakan uang, dan tidak mau tau segala sesuatu hanya demi uang. Mata tertutup dengan uang, telinga tertutup dengan uang, bahkan mulut pun rapat karena uang.
Demikian pula dengan pasangan hidup; merasa tidak puas dengan satu pasangan hidup masih 'menggandeng' yang lain.
Karakter dari keserakahan:
1. Demi kepentingan diri sendiri melupakan kesempatan untuk berbuat baik yaitu menolong.
2. Orang yang serakah tidak pernah perduli dengan keselamatan dirinya sendiri; padahal sebenarnya pada saat dirinya serakah, orang tersebut telah mengorbankan kebahagiaannya sendiri bahkan mengorbankan hal terpenting dalam kehidupannya menutup mata akan bahaya yang mengancam keselamatan dirinya maupun orang lain.
2. Manussa Tiracchano (Manusia hewan)
Berbadan manusia tetapi berbatin seperti binatang / hewan.
Memiliki karakter malas, lamban, bodoh, tidak memiliki Hiri dan Ottapa.
Hiri berarti malu untuk berbuat kesalahan; Ottapa berarti takut akan akibat dari perbuatan salah.
Jenis manusia ini, walaupun sudah tau benar tetapi tidak pernah mau berubah menjadi benar. Kenapa? Karena dia menyukai kesalahannya.
Seperti aksi para koruptor yang tidak 'kapok' walau dipenjara karena tidak malu dan tidak takut berbuat jahat.
Seperti babi yang senang mandi lumpur, senang dengan kekotoran melambangkan karakter manusia ahirika - manusia yang tidak malu untuk berbuat kesalahan, walau mengetahui dirinya 'kotor' tapi tidak pernah merasa malu. Jika kita tidak mandi tentu merasa tidak nyaman, malu karena merasa ada kotoran di badan. Tetapi 1 hal yang pasti yang hendaknya juga membuat kita malu adalah pada saat ada kotoran batin (keserakahan, kebencian, kebodohan) dalam batin kita. Jika kita memiliki kekotoran batin seperti itu maka hendaknya kita pun merasa malu.
Jika kita setiap hari mandi untuk membersihkan kotoran jasmani, maka jangan lupa 'berlatih' juga untuk membersihkan kotoran batin.
3. Manussa Manusso (Manusia manusia)
Manusia yang benar-benar manusia; berbadan jasmani manusia dan batin manusia - inilah 100% Manusia.
Manusia berasal dari kata Mano yang berarti pikiran dan Ussa yang berarti luhur atau berkembang maju.
Jadi manusia 100% adalah manusia yang memiliki pikiran yang luhur dan mau maju, manusia yang memiliki pikiran yang berkembang terus. Manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan budi; makhluk yang dapat berpikir dan dapat berbuat baik. Jadi manusia disini artinya jika dia berbuat kesalahan maka dia harus belajar untuk berubah. Dari tidak tau, belajar menjadi tau. Jika sudah tau maka dia berusaha yang terbaik.
Apakah anda 100% manusia? Semoga!
Jika belum, maka ingatkan pada diri sendiri "saya sudah terlahir jadi manusia, sulit loh untuk lahir menjadi manusia, dan sulit juga untuk mempertahankan hidup sebagai manusia; jadi berjuanglah untuk menjadi manusia 100%".
Kan manusia tidak ada yang sempurna. Betul, manusia memang tidak sempurna.
Manusia juga belum suci. Betul, tidak salah.
Berarti manusia bisa berbuat salah. Benar! TAPI kalau sudah berbuat salah, wajib di sadari. Kalau sudah tau salah, harus ada upaya untuk memperbaiki. Itu baru namanya kita terus maju, tidak jalan ditempat atau malah mundur.
Jika kita sebut diri kita Manusia, mari kita kenali diri kita, manusia adalah makhluk yang berpikir luhur dan maju, manusia yang dapat berpikir dan berbuat baik. Jadi tidak ada kata mundur disini; kalau kita berbuat salah tidak perlu kita kesalkan dan tidak perlu juga disesali, tidak perlu kecewa; yang perlu adalah tolong disadari bahwa itu salah; dan bertekad untuk diperbaiki atau maju kedepan untuk menjadi lebih baik. Ini adalah karakter manusia.
Jangan sampai sudah tau salah tetapi tidak mau berubah - berarti belum 100% manusia.
Di beberapa tempat sering kita melihat tulisan "Dilarang Buang Sampah Disini!" Tetapi kenyataannya disekitar tulisan tersebut justru banyak sampah menggunung, berserakan. Dengan adanya tulisan tersebut seharusnya kondisinya bersih tapi realitanya kotor. Ini menunjukkan belum menjadi manusia 100%.
Bagaimana dengan Anda?
Termasuk mematuhi aturan berarti kita sudah mempraktekkan diri sebagai manusia yang baik, tau aturan yang baik. Benar tetap benar, salah tetap salah.
Buanglah sampah pada tempatnya 😁.
Perilaku sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari akan menunjukkan karakter kita yang sebenarnya; menunjukkan apakah kita benar-benar manusia 100% atau bukan.
Ada yang luar biasa dari perbuatan yang sederhana seperti ini yang sebenarnya juga merupakan perbuatan baik.
Jika perbuatan sederhana ini dilakukan dengan disadari:
1. 'saya sedang melakukan suatu perbuatan' - sadar;
2. 'yang saya lakukan ini baik' - bahwa saya sudah mematuhi aturan; dan
3. 'saya melakukannya dengan kebahagiaan'
maka namanya kamma baik.
Jadi yang namanya kamma baik tidak hanya seminggu sekali datang ke vihara; tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari, kamma baik dapat dilakukan setiap saat sebanyak apapun yang kita mau, yang penting lakukan dengan disadari, tau bahwa itu adalah baik, dan lakukan dengan senang. Jadi niat baik nya di jaga maka akan menjadi kamma baik.
Buang sampah bisa menjadi kamma baik, menyapu bisa menjadi kamma baik, masak pun bisa menjadi kamma baik. Mematuhi lampu lalu lintas pun menjadi kamma baik; memang tidak menolong orang tetapi sudah menolong diri sendiri; dengan menolong diri sendiri tidak melanggar aturan sehingga tidak mengakibatkan penderitaan bagi makhluk lain. Se-simple itu berbuat baik.
Jadi sebagai Manussa Manusso mari kita lakukan setiap aktivitas sehari-hari kita dengan penuh kesadaran. Menyadari segala hal yang dilakukan dan kembangkan niat baik, tau tujuan berbuat baik maka itu semua akan menjadi kamma baik dalam hidup kita sehari-hari.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari makanan. Sehari rata-rata kita makan 3 kali. Nasi yang kita makan adalah jerih payah para petani yang menanam padi hingga dipanen menjadi beras. Para petani menanam padi dengan penuh usaha, penuh tenaga, dan dengan keringat bercucuran, penuh perjuangan menanam padi untuk menghasilkan beras. Kita tidak melakukan apa-apa tinggal beli bisa makan nasi.
Kalau kita membuang-buang makanan sama artinya kita tidak menghargai makanan, sama artinya kita tidak menghargai upaya orang lain yang sudah bersusah payah menghasilkannya. Mungkin jawaban anda 'ini kan makanan saya, saya kan beli dengan uang sendiri, masa saya tidak boleh buang makanan yang saya beli sendiri'; pertanyaannya: selain kita menghargai orang lain, kita juga harus menghargai diri sendiri. Darimana kita mendapatkan uang? Kita mendapatkan uang dari hasil pekerjaan kita. Kerja itu capek. Jika kita menghargai diri sendiri maka jangan membuang-buang hasil pekerjaan. Nasi yang dimakan itu termasuk hasil pekerjaan. Betul? Jadi hargailah makanan sekecil apapun walaupun hanya sebutir nasi sekalipun.
Lalu bagaimana jika memang kita sudah tidak bisa makan? Apakah harus kita paksa untuk makan? Tentu tidak.
Sang Buddha mengajarkan kita untuk bijak baik untuk diri sendiri maupun baik untuk orang lain.
Makanan tersebut dapat didanakan. Jika makanan masih utuh kita bisa danakan kepada sesama manusia. Jika makanan sisa masih bisa didanakan kepada binatang; bisa diletakkan di dekat pohon sehingga kucing, serangga, tikus, dan binatang lainnya bisa menerima manfaat dari makanan tersebut. Hal ini bukan berarti kita buang sampah sembarangan di bawah pohon karena tidak ada tekad buruk disitu melainkan ada tekad untuk memberi, tekad untuk berbagi, ada tekad untuk berdana dan makhluk apapun disitu bisa makan. Maka yang kita lakukan menjadi lebih bermanfaat.
Ini adalah keputusan anda masing-masing; silahkan dipikirkan.
Karena kunci sebagai manusia adalah mereka yang dapat berpikir luhur, berpikir maju, dan tidak hanya berpikir tetapi juga dapat berbuat baik.
Silahkan pikirkan; mana perilaku kita yang bermanfaat dan itu yang dikerjakan! Jika tidak bermanfaat maka jangan dilakukan.
4. Manussa Devo (Manusia Dewa)
Jasmani manusia dengan batin dewa / dewi.
Manusia yang batinnya luar biasa baik, luar biasa bijaksana, dan memiliki hiri & ottapa sebagai tiang moralitasnya.
Moralitasnya tidak tercela karena berperilaku hati-hati, berperilaku waspada demi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Manusia Dewa berarti sudah lebih dari 100% manusia artinya karakternya sudah lebih dari manusia.
Jenis manusia yang manakah anda?
Inti ajaran Buddha dalam Dhammapada 183:
Jangan berbuat jahat, tambah kebajikan, sucikan hati dan pikiran
Sementara dari 4 karakter manusia yang dijelaskan; maka yang bercirikan Manusia Buddhis hanyalah Manussa-Manusso atau Manussa-Devo.
Artinya kalau kita berani mengaku "Saya adalah Buddhis" maka jadikanlah diri kita sebagai Manussa-Manusso atau jadikan diri kita sekaligus menjadi Manussa-Devo.
Jangan berbuat Jahat
Artinya Kalau kita tidak bisa berbuat baik, jangan pernah berbuat jahat. Kalau kita tidak bisa membantu orang maka jangan merepotkan orang.
Tambah kebajikan
Tetapi jika kita dapat berbuat baik maka tambah terus kebajikan - berarti masuk golongan Manussa-Devo
Jadi kalau sekarang kita mengaku sebagai umat Buddha maka ayo kita berlatih, ayo belajar, jadikan diri kita 100% Manusia atau lebih tinggi dari tingkatan manusia. Jadikan diri kita menjadi 2 karakter sebagai Manussa-Manusso atau Manussa-Devo.
Inilah Manusia Buddhis. Baru tepat kalau kita menyebut "I AM BUDDHIST".
Saya ini Buddhis. Saya beragama Buddha.
Buddha berarti sadar.
Jadi umat Buddha adalah umat yang sadar.
Sadar sebagai manusia bukan binatang, sadar bisa lebih maju, bisa berpikir lebih luhur, dan bisa berbuat baik.
Ada Tiracchano manussa; ada hewan yang berbatin manusia. Ada hewan yang tau membalas budi walaupun hanya mendapat sepotong makanan. Hewan dapat melakukan yang terbaik untuk membalas budi.
Bagaimana dengan kita? Seyogianya kita sebagai manusia dapat melakukan lebih.
Kita seharusnya dapat berbuat lebih, tau bersyukur dan tau berbuat baik.
Bahkan orang gila sekalipun yang kesadarannya terganggu / tidak waras masih dapat mengingat ada sesuatu yang disebut baik, masih tau masih ada budi yang harus dibalas ketika menerima kebajikan; walaupun kebajikan itu hanya 'sebungkus nasi'.
Kita manusia berpikiran maju maka hendaknya kebaikanlah yang kita ingat bukan keburukan.
Tak jarang manusia waras seperti kita namun 'berprilaku gila'. Betul? Disebut orang waras, tidak gila tetapi perilakunya lebih gila daripada orang gila. Realita masyarakat kita.
Jadi pilih mana? Orang gila dengan perilaku waras; orang waras dengan perilaku gila; atau orang waras dengan perilaku waras???
Pilih menjadi orang waras dengan perilaku waras tentunya. Jadilah Manussa-Manusso atau jadilah Manussa-Devo.
Darimana kita berasal?
Sang Buddha menjelaskan ada yang berasal dari Gelap, ada juga yang berasal dari Terang.
• Lahir dari gelap adalah mereka yang lahir menderita, penyakitan, miskin, lahir dikeluarga hina, dicela, kekurangan ekonomi.
• Lahir Terang adalah mereka yang lahir dengan membawa bibit kamma baik, lahir kaya, lahir di keluarga terpandang, sehat dan bahagia.
Jika sudah lahir demikian, lalu kita mau kemana?
> apakah menuju Gelap?
Kelahiran di 4 alam menderita: neraka, binatang, setan, asura.
> ataukah menuju Terang? Lahir di alam bahagia: alam manusia atau alam dewa.
Kalau mau lahir ke Terang maka kita harus menjadi Manussa-Manusso atau Manussa-Devo.
Pilihan ada di tangan kita sendiri.
Sebagai seorang Buddhis, jangan lupa untuk menjadi manusia yang benar manusia atau menjadi manusia yang lebih baik dari manusia.
Terimakasih.
Sebanyak kami telah mencapai dan mengumpulkan jasa Semoga semua Dewa, makhluk halus, makhluk hidup turut bergembira.
Dengan jasa kebajikan ini Semoga mereka yang menderita terbebas dari penderitaan, Semoga mereka yang sakit terkondisi sembuh, Semoga semua makhluk senantiasa sehat dan selamat.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu.
Related Postview all
Bijak Dalam Menghadapi Masalah & Cara Mencapai Kebahagiaan
YM. Bhikkhu Wongsin Labhiko Mahathera membuka seminar ini dengan sebuah 'mantra' yaitu : "Menghadapi masalah adalah No Problem." Pertama kita harus tahu rahasia mendapatkan ... [Selengkapnya]
Mempraktikan Buddha Dhamma Demi Kebahagiaan dan Kesejahteraan Semua Makhluk
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Khantῑ paramaṁ tapo tῑtikkhāNibbānaṁ paramaṁ vadanti BuddhāNa hi pabbajito parūpaghātῑSamaṇo hoti paraṁ ... [Selengkapnya]
Keindahan Hati
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Tema kali ini adalah Keindahan Hati yang dalam bahasa Inggris disebut Inner Beauty yang kebetulan bertepatan dengan hari kasih ... [Selengkapnya]
Bagaimana Meningkatkan Kualitas Hidup Kita
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Attānañce piyaṁ jaññā, rakkheyya naṁ surakkhitaṁ(Dhammapada, Attavagga 157) Apabila seseorang mencintai ... [Selengkapnya]
YM. Bhikkhu Cittanando Mahathera - MĀGHA PŪJĀ 2563 BE / 2020
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Khantῑ paramaṁ tapo tῑtikkhā – nibbānaṁ paramaṁ vadanti BuddhāNa hi pabbajito parūpaghātῑ – samaṇo ... [Selengkapnya]