Berita / Ceramah

Memaknai Kehidupan Sebagai Manusia


Puja Bakti Umum
Minggu, 28 Juli 2019
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: YM. Bhikkhu Jayaseno
Tema Dhamma: Memaknai Kehidupan Sebagai Manusia


Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna. (3x)

Kiccho manussa patilābho
kiccham maccāna jivitam
kiccham saddhamma savanam
kiccho buddhānam uppādo
- Dhammapada XIV : 182 -
Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia
sungguh sulit kehidupan sebagai manusia
sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar
begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.

Apakah semua yang hadir di puja bakti ini manusia? Tentu saja semua yang terlihat di ruang Dhammasala Vihara Sasana Subhasita ini adalah manusia.
Termasuk Bhante yang ber-Dhammadesana pada pagi hari ini adalah manusia, karena salah satu syarat untuk dapat menjadi Bhikkhu adalah haruslah manusia dan laki-laki.
Setiap manusia laki-laki berkesempatan untuk menjadi Bhikkhu; maka sebaiknya dikondisikan sejak saat ini karena belum tentu di kehidupan berikutnya kita akan terlahir kembali sebagai manusia.


Kisah Raja Naga Erakapatta

Ada seekor raja naga yang bernama Erakapatta. Dalam salah satu kehidupannya yang lampau selama masa Buddha Kassapa ia telah menjadi seorang Bhikkhu untuk waktu yang lama. Karena gelisah (kukkucca) ia telah melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil selama itu, dan ia terlahir sebagai seekor naga. Sebagai seekor naga, ia menunggu munculnya seorang Buddha baru. Erakapatta memiliki seorang putri yang cantik, dan ia memanfaatkannya untuk tujuan menemukan Sang Buddha. Ia menyuruh putrinya menari di tempat terbuka dan mengajukan 4 pertanyaan bagi siapapun yang dapat menjawab pertanyaannya berhak memperistrinya.

Keempat pertanyaan itu adalah:
1. Siapakah penguasa ?
2. Apakah seseorang yang diliputi oleh kabut kekotoran moral dapat disebut sebagai seorang penguasa ?
3. Penguasa apakah yang bebas dari kekotoran moral ?
4. Orang yang seperti apakah yang disebut tolol ?

Banyak pelamar yang datang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan berharap memilikinya, tetapi tak seorangpun dapat memberikan jawaban yang benar.

Suatu hari, Sang Buddha melihat seorang pemuda yang bernama Uttara dalam pandangannya. Beliau juga mengetahui bahwa si pemuda akan mencapai tingkat kesucian Sotapatti, sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh putri naga. Pada saat itu si pemuda telah siap dalam perjalanannya untuk bertemu dengan putri naga. Sang Buddha menghentikannya dan mengajarinya bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Jawaban keempat pertanyaan itu adalah:
1. Siapakah penguasa?
Ia yang dapat mengontrol keenam indra-nya adalah seorang penguasa.

2. Apakah seseorang yang diliputi oleh kabut kekotoran moral dapat disebut sebagai seorang penguasa?
Seseorang yang diliputi oleh kabut kekotoran moral tidak dapat disebut seorang penguasa; tetapi ia yang bebas dari kemelekatan disebut seorang penguasa.

3. Penguasa apakah yang bebas dari kekotoran moral?
Penguasa yang bebas dari kemelekatan adalah yang bebas dari kekotoran moral.

4. Orang yang seperti apakah yang disebut tolol?
Seseorang yang menginginkan kesenangan-kesenangan hawa nafsu adalah yang disebut tolol.

Setelah mendapatkan jawaban-jawaban tersebut, pemuda Uttara mencapai tingkat kesucian Sotapatti sehingga tidak lagi memiliki keinginan memperistri putri naga. Bagaimanapun Uttara tetap pergi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Mendapat jawaban yang benar, putri naga memberitahukannya kepada ayahnya, raja naga Erakapatta.

Ketika Erakapatta mendengar jawaban-jawaban ini, ia tahu bahwa seorang Buddha telah muncul di dunia ini. Sehingga ia meminta kepada Uttara untuk mengantarkannya menghadap Sang Buddha. Saat melihat Sang Buddha, Erakapatta menceritakan kepada Sang Buddha bagaimana ia telah menjadi seorang Bhikkhu selama masa Buddha Kassapa, bagaimana ia tidak sengaja menyebabkan sebilah pisau rumput patah ketika ia sedang melakukan perjalanan di atas perahu, dan bagaimana ia sangat khawatir bahwa kesalahan kecil yang telah diperbuatnya akan menggagalkan usaha pembebasan dirinya, dan akhirnya bagaimana ia terlahir sebagai seekor naga.

Setelah mendengarnya, Sang Buddha mengatakan kepada sang naga, betapa sulit untuk dilahirkan di alam manusia, dan untuk dilahirkan pada saat munculnya para Buddha atau selama para Buddha mengajar.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 182 berikut :

Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia,
sungguh sulit kehidupan sebagai manusia,
sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar,
begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.

Khotbah di atas bermanfaat bagi banyak makhluk. Erakapatta sebagai seekor hewan tidak dapat mencapai tingkat kesucian Sotapatti.

Kita yang saat ini terlahir sebagai manusia haruslah bersyukur karena sungguh sulit terlahir sebagai manusia; sungguh sulit kehidupan sebagai manusia.

Sudah 28 Buddha yang muncul namun kita masih terlahir terus; kita masih belum bisa merealisasi kebahagiaan sejati.

Siapa yang salah? DIRI KITA SENDIRI

Kesalahan ada pada diri kita masing-masing, bukan kesalahan orang lain, bukan kesalahan makhluk lain.
Tetapi adalah kondisi-kondisi / sebab-sebab yang telah kita lakukan di masa lalu.
Lihat dan renungkanlah apa yang salah?
Kita masih diliputi keinginan-keinginan, dan dibungkus oleh kegelapan / kebodohan batin sehingga kita selalu berputar-putar di lingkaran samsara.

Kesempatan saat ini adalah saat yang paling baik ketika kita terlahir sebagai manusia selayaknya kita gunakan dengan sebaik-baiknya.

Sang Buddha mengumpamakan makhluk yang terlahir menjadi manusia sebagai segenggam tanah dalam genggaman-Nya; sedangkan makhluk-makhluk yang terlahir di alam apaya (alam menyedihkan) umpama tanah yang ada di bumi ini.

Secara ilmu pengetahuan, dari jutaan sperma hanya ada 1 saja sperma yang bisa membuahi ovum. Hal ini juga menandakan bahwa betapa sulitnya untuk menjadi manusia.

Menjadi manusia adalah spesial karena dapat merasakan suka-duka, sedangkan di alam dewa hanya dapat merasakan kebahagiaan sehingga lupa untuk melakukan kebajikan; sebaliknya di alam apaya yang ada hanyalah penderitaan sehingga peluang untuk melakukan kebajikan sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali.

Untuk memaknai kehidupan sebagai manusia, hendaknya kita berusaha menciptakan kedamaian untuk diri kita sendiri dengan cara mensyukuri kehidupan dengan banyak berbuat baik, menciptakan kedamaian bagi diri sendiri dan mengembangkan kedamaian di sekeliling kita.

Memaknai kehidupan sebagai manusia pun bisa dilakukan sebagaimana tertulis dalam Dhammapada 183 sebagai inti ajaran Buddha:

Sabbapāpassa akaraṇaṁ
kusalassūpasampadā.
sacittapariyodapanaṁ
etaṁ Buddhāna sāsanaṁ.
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa mengembangkan kebajikan dan membersihkan batin; inilah Ajaran Para Buddha.

Sabbapāpassa akaraṇaṁ - Tidak melakukan segala bentuk kejahatan
> adalah dengan melaksanakan sīla yaitu dengan menyempurnakan Pañcasīla Buddhis; kemudian ditingkatkan dengan menjalankan 8 Sīla pada hari Uposatha. Mengikuti Pabajja sehingga dapat melaksanakan 10 Sīla dan sebenarnya ada 100 Sīla yang dilatih ketika mengikuti pabbajja.
Kita sebagai umat Buddha sebaiknya mengondisikan sejak saat ini agar di kehidupan berikutnya kita dapat menjadi Samana dan salah satu caranya adalah dengan mengikuti latihan Pabajja merupakan kesempatan bagi kita untuk belajar Dhamma secara mendalam.
Kekayaan materi tidak akan mendukung kehidupan jika kita tidak pandai mengelola kehidupan kita dengan baik.

Kusalassūpasampadā - senantiasa mengembangkan kebajikan
> Selalu berusaha mengembangkan kebajikan baik melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Dengan datang ke Vihara, kita telah melakukan 3 kebajikan tersebut. Dan hal ini hendaknya dapat kita kembangkan dimanapun, kapanpun.
Kita juga wajib melayani orangtua dengan ketulusan, penuh cinta kasih dan sepenuh hati.

Sacittapariyodapanaṁ - menyucikan pikiran
> adalah menyucikan diri kita sendiri. Hati-hati dengan pandangan keliru. Pikiran akan suci apabila dilakukan oleh diri kita sendiri bukan dengan bantuan makhluk lain. Menyucikan pikiran adalah dengan bhavana arau meditasi.
Kecenderungan kita melihat keluar, melihat kejelekan orang lain, jarang memperhatikan kebaikan; dapat di-netralisir dengan melihat secara keseluruhan sehingga kita tidak menghakimi orang lain. Kemudian melihatlah ke dalam diri apakah sudah melakukan kebaikan sebanyak orang lain atau justru sebaliknya malah banyak berbuat keburukan. Meditasi melihat ke dalam dengan memperhatikan fenomena-fenomena yang muncul, memaafkan diri sendiri sehingga dapat menemukan upaya-upaya untuk tidak melakukan keburukan / kesalahan yang sama. Menyadari bahwa pikiran-pikiran buruk itu hanyalah muncul - berlangsung - lenyap; demikian pula dengan pikiran-pikiran baik juga muncul - berlangsung - lenyap sehingga kita akan dapat melihat sebagaimana apa adanya.

Dengan mengerti hal ini maka kita akan memiliki kedewasaan batin ibarat burung yang sudah tumbuh sayapnya, ketika jatuh masih dapat terbang kembali.
Sama hal nya dengan kita ketika mengalami musibah tidak akan terbebani dengan fenomena tersebut karena menyadari bahwa semua yang muncul akan berlangsung dan lenyap.
Bila terbiasa dengan kondisi ini maka akan merasakan kenyamanan tanpa kegelisahan; dan kedamaianpun akan menjadi milik pemilik yang melakukannya.

Sebagai kesimpulan dari apa yang Bhante sampaikan pada kesempatan ini, Marilah Memanfaatkan dan memaknai kehidupan ini dengan menghindari segala bentuk kejahatan, menambah kebaikan dan menyucikan pikiran masing-masing.

Inilah saat yang tepat bagi kita mengkondisikan, mengunakan kesempatan baik untuk tekun belajar dan mempraktikkan Dhamma.
Semoga Anda semua selalu maju dalam Dhamma.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu

Dirangkum & Ditulis oleh: Lij Lij




Related Postview all

Kiat Menjaga Viriya dan Adhithana dalam Praktek Dhamma

access_time18 Juli 2019 - 01:46:36 WIB pageview 7173 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)Terpujilah Sang Bhagava yang Maha Suci yang telah mencapai Penerangan Sempurna (3x) Kita sebagai manusia tentunya memiliki Viriya / ... [Selengkapnya]

Muda & Sukses Bersama Dhamma

access_time16 Mei 2019 - 23:52:04 WIB pageview 6899 views

Dalam hidup kita harus mempunyai passion dan hidup berdasarkan passion yang kita miliki. Setiap orang harus memiliki passion termasuk kita semua, apa yang kita sukai sejak kecil, apa yang ... [Selengkapnya]

Menjadi Salju Di Musim Panas

access_time10 Mei 2019 - 00:31:13 WIB pageview 6863 views

Bagaimana kita sebagai umat awam dapat mengendalikan diri ditengah-tengah keseharian kita yang menghadapi berbagai masalah; baik masalah dalam keluarga maupun lingkungan sekitar dan ... [Selengkapnya]

Membangun Kepercayaan Menuju Tenang dan Damai

access_time07 Mei 2019 - 00:47:14 WIB pageview 6944 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x)Dhammo avera khanti dhamma care ti. Dhamma akan melindungi siapapun yang mengetahui mengerti memahami dan menyadarinya. Kita ... [Selengkapnya]

Bagaimana Merubah Nasib Menurut Dhamma

access_time27 April 2019 - 01:18:20 WIB pageview 8194 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa..(3x) Seorang bijaksana yang memberikan kebahagiaan kepada orang lain akan berbahagia di dalam kehidupan ini. Kata 'nasib' sering ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu