PARITTA UNTUK UPACARA AVAMANGALA (Upacara Dalam Duka)
PARITTA UNTUK UPACARA AVAMAṄGALA
(Upacara Dalam Duka)
1. PUBBABHĀGANAMAKĀRA
Handa mayaṁ Buddhassa Bhagavato Pubba-bhāga-namakāraṁ karoma se.
Bersama-sama :
Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammā-Sambuddhassa
(tiga kali)
Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
(tiga kali)
2. TISARAṆA
Handa mayaṁ Ti-saraṇa-gamana-pāṭhaṁ bhaṇāma se.
Bersama-sama :
1) Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
2) Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
3) Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
1) aku berlindung kepada Buddha.
aku berlindung kepada Dhamma.
aku berlindung kepada Saṅgha (baca: Sang-gha).
2) Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3) Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.
3. PABBATOPAMA GĀTHĀ
1) Yathāpi selā vipulā
Nabhaṁ āhacca pabbatā
Samantā anupariyeyyuṁ
Nippothentā catuddisā
2) Evaṁ jarā ca maccu ca
Adhivattanti pāṇino
Khattiye brāhmaṇe vesse
Sudde caṇḍāla-pukkuse
3) Na kiñci parivajjeti
Sabbam-evābhimaddati
Na tattha hatthīnaṁ bhūmi
Na rathānaṁ na pattiyā
Na cāpi manta-yuddhena
Sakkā jetuṁ dhanena vā
4) Tasmā hi paṇḍito poso
Sampassaṁ attham-attano
Buddhe Dhamme ca Saṅghe ca
Dhīro saddhaṁ nivesaye
5) Yo Dhammacārī kāyena
Vācāya uda cetasā
Idheva naṁ pasaṁsati
Pecca sagge pamodati.
1) Bagaikan batu karang yang besar
Puncaknya menjulang ke angkasa
Berubah dan hancur
Karena pengikisan dari empat arah.
2) Demikian pula kelapukan dan kematian
Menguasai semua makhluk, apakah dia:
Kesatria, brahmana, pedagang,
Pekerja, kasta buangan mau pun pembersih jalan.
3) Tidak seorang pun yang akan terbebas
Semuanya pasti menemui kematian
Dalam hal ini tidak ada tempat bagi gajah-gajah
Pasukan mau pun prajurit;
Tiada sesuatu pun yang dengan mantra perang
Atau kekayaan dapat mengatasi kematian.
4) Sebab itulah para bijaksana
Setelah melihat manfaat kebajikan bagi dirinya sendiri
Maka mereka memperkuat keyakinannya kepada:
Buddha, Dhamma dan Saṅgha.
5) Siapa saja yang melaksanakan Dhamma dengan baik
Dengan pikiran, ucapan dan perbuatan
Orang itu sangat terpuji
Dan setelah meninggal ia berbahagia di Surga.
4. ARIYADHANA GĀTHĀ
1) Yassa saddhā Tathāgate
Acalā supatiṭṭhitā,
Sīlañca yassa kalyāṇaṁ
Ariya-kantaṁ pasaṁsitaṁ
2) Saṅghe pasādo yassatthi
Ujubhūtañca dassanaṁ
Adaḷiddoti taṁ āhu
Amoghan-tassa jīvitaṁ
3) Tasmā saddhañca sīlañca
Pasādaṁ Dhamma-dassanaṁ
Anuyuñjetha medhāvī
Saraṁ Buddhāna-Sāsananti
1) Ia yang yakin pada Tathāgata
Kokoh kuat serta tak tergoyahkan
Mempunyai Sīla yang baik
Disenangi dan dipuji oleh Para Ariya.
2) Dia yang yakin pada Saṅgha
Teguh, lurus dan penuh perhatian
Mereka (Saṅgha) nyatakan: Ia tidak miskin
Dan tidak akan menderita di akhir hidupnya.
3) Sebab itu keyakinan, Sīla
Kepercayaan dan penembusan pada Dhamma
Haruslah dikembangkan oleh orang bijaksana
Dengan selalu ingat pada Buddha-Sāsana.
5. DHAMMANIYĀMA SUTTA
Evam-me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati,
Jetavane Anāthapiṇḍikassa, ārāme.
Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavo'ti.
Bhadante'ti te bhikkhū Bhagavato paccassosuṁ.
Bhagavā etad-avoca.
“Uppādā vā bhikkhave Tathāgatānaṁ anuppādā vā Tathāgatānaṁ,
ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā Dhamma-niyāmatā:
Sabbe saṅkhārā aniccā'ti.
Taṁ Tathāgato abhisambujjhati abhisameti.
Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti, paññapeti paṭṭhappeti,
vivarati vibhajati uttānīkaroti:
Sabbe saṅkhārā aniccā'ti.
Uppādā vā bhikkhave Tathāgatānaṁ anuppādā vā Tathāgatānaṁ,
ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhamma-niyāmata:
Sabbe saṅkhārā dukkhā'ti.
Taṁ Tathāgato abhisambujjhati abhisameti.
Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti, paññapeti paṭṭhappeti,
vivarati vibhajati uttānīkaroti:
Sabbe saṅkhārā dukkhā'ti.
Uppādā vā bhikkhave Tathāgatānaṁ anuppādā vā Tathāgatānaṁ,
ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhamma-niyāmatā:
Sabbe dhammā anattā'ti.
Taṁ Tathāgato abhisambujjhati abhisameti.
Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti, paññapeti paṭṭhappeti,
vivarati vibhajati uttānīkaroti:
Sabbe dhammā anattā'ti.”
Idam-avoca Bhagavā.
Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ, abhinandun'ti.
Demikianlah telah kudengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā bersemayam di dekat Sāvatthī, di hutan Jeta,
milik Anāthapiṇḍika.
Sang Bhagavā bersabda kepada para bhikkhu: “O, para Bhikkhu.”
“Ya, Bhante.” jawab para bhikkhu kepada Sang Bhagavā.
Selanjutnya Sang Bhagavā bersabda:
“O, para Bhikkhu, apakah Para Tathāgata muncul di dunia atau tidak,
terdapat kondisi yang tetap dari segala sesuatu (Dhamma), terdapat hukum
yang pasti dari segala sesuatu, bahwa:
“Semua yang terbentuk tidak kekal.”
“Tathāgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu.
Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya,
menunjukkannya. Menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan
dan membentangkan bahwa:
“Semua yang terbentuk tidak kekal.”
“O, para Bhikkhu, apakah Para Tathāgata muncul di dunia atau tidak,
terdapat kondisi yang tetap dari segala sesuatu, terdapat hukum yang pasti
dari segala sesuatu, bahwa:
“Semua yang terbentuk adalah dukkha.”
“Tathāgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu.
Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya,
menunjukkannya. Menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan
dan membentangkan, bahwa:
“Semua yang terbentuk adalah dukkha.”
“O, para Bhikkhu, apakah Para Tathāgata muncul di dunia atau tidak,
terdapat kondisi yang tetap dari segala sesuatu, terdapat hukum yang pasti
dari segala sesuatu, bahwa:
“Segala sesuatu bukanlah aku.”
“Tathāgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu.
Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya,
menunjukkannya. Menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan
dan membentangkan, bahwa:
“Segala sesuatu bukanlah aku.”
Demikianlah sabda Sang Bhagavā. Mendengar sabda Sang Bhagavā tersebut,
batin para bhikkhu dipenuhi kebahagiaan luhur.
6. TILAKKHAṆĀDI GĀTHĀ
1) Sabbe saṅkhārā aniccā'ti
Yadā paññāya passati,
Atha nibbindati dukkhe:
Esa maggo visuddhiyā.
2) Sabbe saṅkhārā dukkhā'ti
Yadā paññāya passati,
Atha nibbindati dukkhe:
Esa maggo visuddhiyā.
3) Sabbe dhammā anattā'ti
Yadā paññāya passati,
Atha nibbindati dukkhe:
Esa maggo visuddhiyā.
4) Appakā te manussesu
Ye janā pāra-gāmino
Athāyaṁ itarā pajā
Tīram-evānudhāvati.
5) Ye ca kho sammadakkhāte
Dhamme dhammānuvattino
Te janā pāramessanti
Maccudheyyaṁ suduttaraṁ.
6) Kaṇhaṁ dhammaṁ vippahāya
Sukkaṁ bhāvetha paṇḍito.
Okā anokam-āgamma
Viveke yattha dūramaṁ
7) Tatrābhiratim-iccheyya
Hitvā kāme akiñcano.
Pariyodapeyya attānaṁ
Citta-klesehi paṇḍito
8) Yesaṁ sambodhiyaṅgesu
Sammā cittaṁ subhāvitaṁ
Ādāna-paṭinissagge
Anupādāya ye ratā,
Khiṇāsavā jutimanto
Te loke parinibbutā'ti.
1) Semua yang terbentuk tidak kekal
Bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi:
Inilah jalan untuk mencapai kesucian.
2) Semua yang terbentuk adalah dukkha
Bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi:
Inilah jalan untuk mencapai kesucian.
3) Segala sesuatu adalah bukan aku
Bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi:
Inilah jalan untuk mencapai kesucian.
4) Di antara orang banyak, hanya sedikit
Yang sampai di pantai seberang;
Sebagian besar manusia hilir mudik
Di pantai sebelah sini.
5) Tetapi di antara orang banyak, hanya mereka
Yang melaksanakan Dhamma yang
Telah dibabarkan dengan jelas, dapat menyeberangi
Alam kematian yang sukar untuk diatasi.
6) Orang bijaksana akan melenyapkan kegelapan
Terlatih dalam cahaya terang; Setelah menjalani
Hidup tidak berkeluarga, berusaha keras untuk
Menikmati hidup dalam kesunyian.
7) Mereka yang menginginkan “cahaya terang yang hakiki”
Seharusnya meninggalkan kesenangan dunia
Tanpa memiliki harta dunia
Ia harus membersihkan batinnya.
8) Orang bijaksana demikian telah memiliki Bodhi
Batinnya telah berkembang sempurna
Telah melenyapkan kemelekatan
Bahagia dengan pikiran tanpa kemelekatan
Mereka yang bebas dari kekotoran batin serta bersinar terang
Mencapai Nibbāna dalam kehidupan ini.
7. VIJAYA SUTTA
1) Caraṁ vā yadi vā tiṭṭhaṁ
nisinno uda vā sayaṁ,
Sammiñjeti pasāreti
esā kāyassa iñjanā.
2) Aṭṭhi nahāru saṁyutto
taca maṁsā va lepano,
Chaviyā kayo paṭicchanno
yathābhūtaṁ na dissati.
3) Antapūro udarapūro
yakapeḷassa vatthīno,
Hadayassa papphāsassa
vakkassa pihakassa ca.
4) Siṅghāṇikāya kheḷassa
sedassa ca medassa ca,
Lohitassa lasikāya
Pittassa ca vasāya ca.
5) Athassa navahi sotehi
asucī savati sabbadā,
Akkhimhā akkhigūthako
kaṇṇamhā kaṇṇagūthako.
6) Siṅghāṇikā ca nāsato
mukhena vamatekadā,
Piṭṭaṁ semhañca vamati
kāyamhā sedajallikā.
7) Athassa susiraṁ sīsaṁ
matthaluṅgassa pūritaṁ,
Subhato naṁ maññatī bālo
avijjāya purakkhato.
8) Yadā ca so mato seti
uddhumāto vinīlako,
Apaviddho susānasmiṁ
anapekkhā honti ñātayo.
9) Khādanti naṁ suvānā ca
sigālā ca vakā kimī,
Kākā gijjhā ca khādanti
ye caññe santi pāṇino.
10) Sutvāna Buddhavacanaṁ
bhikkhu paññāṇavā idha,
So kho naṁ parijānāti
yathābhūtañhi passati.
11) Yathā idaṁ tathā etaṁ
yathā etaṁ tathā idaṁ,
Ajjhattañca bahiddhā ca
kāye chandaṁ virājaye.
12) Chandarāga viratto so
bhikkhu paññāṇavā idha,
Ajjhagā amataṁ santiṁ
Nibbānaṁ padamaccutaṁ.
13) Dipādako yaṁ asuci
duggandho parihīrati,
Nānākuṇa paparipūro
vissavanto tato tato.
14) Etādisena kāyena
yo maññe uṇṇametave,
Param vā avājaneyya
kimaññatra adassanā'ti.
1) Baik berjalan atau berdiri
Baik duduk atau berbaring
jika kita membungkukkan atau meluruskan badan
Ini hanya gerak dari badan.
2) Tulang-tulang dan otot-otot
Dibalut dengan selaput-selaput daging
Badan ini diselubungi dengan kulit
Dengan demikian tidak terlihat yang sebenarnya.
3) Badan terdiri dari usus, lambung
Hati, gelembung air
Jantung dan paru-paru
Ginjal dan limpa kecil.
4) Dengan ingus, lendir
Peluh, getah bening, darah
Dan gajih (gemuk).
5) Melalui sembilan lubang
Kotoran terus menerus keluar
Kotoran mata melalui mata
Kotoran telinga melalui telinga.
6) Ingus mengalir melalui hidung
Ada kalanya empedu dan lendir dimuntahkan
Kotoran dan peluh keluar dari badan.
7) Dalam rongga kepala ada otak
Seseorang dungu karena kebodohan
Menganggap badan ini barang yang baik sekali.
8) Jika badan ini mati, sebagai bangkai
Di dalam kuburan, bengkak, biru dan
Tersia-sia, anggota keluarga tidak menginginkan lagi.
9) Mayat itu dimakan oleh anjing
Serigala, anjing hutan dan cacing-cacing
Burung gagak, burung nasar dan
Binatang-binatang lainnya.
10) Dalam dunia ini, Siswa yang bijaksana
Setelah mendengar sabda Sang Buddha.
Mengerti dengan benar, karena
Ia melihat dengan sewajarnya.
11) Seperti ini, badan ini
Seperti itu, badan ini akan terjadi
Lepaskanlah belenggu badan ini
Baik pribadi mau pun luar.
12) Siswa yang bijaksana, yang bebas dari
Keinginan dan kemelekatan
Ia akan mencapai Nibbāna
Kekal tenang dan bebas dari kematian.
13) Badan kotor yang berkaki dua
Yang membawa bau busuk
Penuh dengan kekotoran
Yang keluar dari berbagai tempat.
14) Jika dengan badan yang demikian ini
Orang menganggap dirinya tinggi dan
Memandang rendah orang lain;
Apakah sebabnya? Hanyalah kebodohan!
8. PAṀSUKULĀ GĀTHĀ
1) Aniccā vata saṅkhārā
Uppāda-vaya-dhammino
Uppajjitvā nirujjhanti
Tesaṁ vūpasamo sukho
2) Sabbe sattā maranti ca
Mariṁsu ca marissare
Tathevāhaṁ marissāmi
Natthi me ettha saṁsayo.
1) Segala yang terbentuk tidak kekal adanya
Bersifat timbul dan tenggelam
Setelah timbul akan hancur dan lenyap
Bahagia timbul setelah gelisah lenyap.
2) Semua makhluk akan mengalami kematian
Mereka telah berkali-kali mengalami kematian, dan akan selalu demikian;
Begitu pula saya, pasti mengalami kematian juga
Keragu-raguan tentang ini tidak ada dalam diriku.
9. ETTĀVATĀ
Handa mayaṁ Ettāvatā diṇṇaṁ bhaṇāma se.
1) Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe devā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
2) Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe bhūtā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
3) Ettāvatā ca amhehi
Sambhataṁ puñña-sampadaṁ
Sabbe sattā anumodantu
Sabba-sampatti-siddhiyā.
4) Idaṁ vo ñātinaṁ hotu
Sukhitā hontu ñātayo
(tiga kali)
5) Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu . . . . . . . . (sebutkan nama almarhum/almarhumah)
(tiga kali)
6) Ākāsaṭṭhā ca bhummaṭṭhā
Devā nāgā mahiddhikā
Puññaṁ taṁ anumoditvā
Ciraṁ rakkhantu tvaṁ sadā'ti
SĀDHU! SĀDHU! SĀDHU!
1) Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua dewa turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
2) Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua makhluk halus turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
3) Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa;
Semoga semua makhluk hidup turut bergembira,
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
4) Semoga jasa-jasa ini melimpah
Pada sanak keluarga yang telah meninggal;
Semoga mereka berbahagia.
(tiga kali)
5) Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi almarhum . . . . . . . .
(tiga kali)
6) Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa;
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi kita selamanya.
Related Postview all
PARITTA TUNTUTAN PUJA BAKTI
PARITTA UNTUK PUJA BAKTI 1. PEMBUKAANPemimpin Puja Bakti :Memberi tanda Puja Bakti dimulai (dengan gong, lonceng, dansebagainya). Pemimpin Puja Bakti menyalakan lilin dan dupa ... [Selengkapnya]
Bagaimana Merubah Nasib Menurut Dhamma
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa..(3x) Seorang bijaksana yang memberikan kebahagiaan kepada orang lain akan berbahagia di dalam kehidupan ini. Kata 'nasib' sering ... [Selengkapnya]
Pattidana Vihara Sasana Subhasita 13 April 2019
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) Idaṁ vo ñātinaṁ hotu.Sukhitā hontu ñātayo. Melakukan upacara Pattidana merupakan kebajikan. Upacara Pattidana ... [Selengkapnya]
Manajemen Diri Buddhis
Tema "Manajemen Diri Buddhis" ini diambil dari buku terbaru Rm. Toni Yoyo. Pada kesempatan ini hadir bersama dengan Bp. Teguh Taslim. Kutipan Tripitaka berikut ini untuk mengingatkan kita ... [Selengkapnya]
Ceng Beng dari Sudut Dhamma
Mengawali sharing Dhamma pagi ini dengan Dhammagita membuat kita semua menjadi rileks dan bersemangat untuk mendengarkan Dhamma. Dalam syair lagu Avijja tertulis lyric "berbahagia hidup di ... [Selengkapnya]