Harta Mulia
Puja Bakti Umum
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 30 Juli 2023
Dhammadesanā: YM. Bhikkhu Atthadhiro Thera
Tema Dhamma: HARTA MULIA
Penulis & Editor: Lij Lij
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Attasammāpaṇidhi ca Etammaṅgalamuttamaṁti.
Menuntun diri kearah yang benar, Itulah Berkah Utama.
Pagi hari ini kita memiliki dukungan karma yang baik dimana kita dapat menggunakan sebagian waktu yang kita miliki untuk kembali memperkokoh keyakinan kepada TIRATANA, mengingat kembali Ajaran Sang Buddha – Guru Agung junjungan kita.
Berkenaan dengan Harta Mulia; tentunya kita semua bahwasannya masih membutuhkan harta. Harta disini tidak hanya harta materi tetapi ada pula harta yang sifatnya non materi. Harta materi perlu dikumpulkan khususnya bagi kita sebagai pe-rumahtangga. Sebagai perumahtangga semestinya rajin, tekun, dan bersemangat menjaga apa yang dimiliki; memiliki teman yang baik, hidup seimbang agar dapat memiliki harta berupa harta materi.
Tentunya dalam hal harta materi, kita sebagai pe-rumahtangga sudah ‘lebih pintar’ karena telah menjalankan bisnis masing-masing dan berhasil dalam menggapai pencapaian materi sehingga pada hari ini dapat hadir melakukan puja bhakti di Vihara. Ini tanda nya kita sudah ‘cukup’.
Mengapa kita butuh harta materi? Kita membutuhkan harta materi agar kehidupan kita ini dapat ‘menyenangkan’. Karena pada dasar nya kita semua pasti ingin hidup senang; tidak ada yang ingin hidup susah. Kekayaan yang dimiliki dapat memberikan kesenangan pada kehidupan kita. Dengan kekayaan kita bisa makan makanan yang menyenangkan, pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan. Hakekat seseorang mencari kekayaan tidak lain adalah supaya kehidupannya bisa menyenangkan, karena dengan memiliki kekayaan seseorang akan memperoleh ‘kemudahan-kemudahan’ termasuk kemudahan dalam melakukan kebajikan. Makanya dalam Ajaran Sang Buddha, kekayaan materi bukanlah hal yang ‘alergi’ bukan anti. Karena kekayaan materi adalah sesuatu yang masih kita butuhkan supaya kehidupan kita menyenangkan, jauh dari kesulitan, dan dengan kekayaan materi yang kita miliki mengkondisikan kita untuk dapat melakukan banyak kebajikan. Sifat dasar dari kekayaan bisa mendatangkan kita pada kondisi yang menyenangkan.
Namun perlu di sadari dan di mengerti; ada kekayaan yang tidak dapat diukur secara materi, tetapi menjadi sebuah kemuliaan. Harta Mulia adalah harta yang bersifat non materi tetapi tetap mendatangkan situasi yang menyenangkan.
Ada 5 Harta Mulia yang jika dimiliki maka kehidupan seseorang akan senantiasa hidup dalam kondisi yang menyenangkan yaitu :
1. Sīla (Moralitas yang Baik)
Seseorang dapat hidup harmonis, tidak merasa terancam, hidup tenang, tidak khawatir kemanapun pergi, tidak menjadi bahan omongan orang; karena memiliki Sīla. Sebagai perumahtangga, kita harus mengupayakan Sīla, karena mendatangkan kondisi yang menyenangkan.
Sīlena sugatiṃ yanti Siapapun yang memiliki Sīla, siapapun yang menjalankan Sīla, ia akan hidup berbahagia ‘surga’; jadi Sīla merupakan kekayaan yang mendorong / mengangkat seseorang mengalami kondisi bahagia seperti di alam surga.
Mengapa dengan Sīla dapat hidup menyenangkan? Karena siapapun yang menjalankan Sīla, tidak akan muncul rasa ‘bersalah’; tidak dihantui rasa bersalah. Pelanggaran Sīla sekecil apapun, seperti yang dilakukan oleh Ratu Malikka – istri Raja Pasenadi yang pada suatu ketika berbohong kepada Raja. Rasa bersalah atas kebohongan yang dilakukannya tersebut menghantui Ratu Malikka hingga dikala menjelang kematiannya yang mengakibatkan dirinya terlahir di neraka walaupun hanya selama 7 hari.
Oleh karena itulah kita seharusnya memiliki Sīla yang baik, menjalankan Sīla dengan baik maka hidup kita akan menyenangkan.
2. Bahussuta (Pengetahuan yang Luas / Banyak Belajar)
Sebagai perumahtangga juga perlu banyak belajar. Hal-hal yang baik itu perlu dipelajari, diingat, dihafal agar dapat memiliki pengetahuan yang luas. Dengan memiliki pengetahuan yang luas maka ‘rejeki’ pun juga luas. Maka belajar itu tidak mengenal usia.
Kisah seorang putra milyuner di zaman Sang Buddha; Mahadhana menikah dengan putri milyuner. Mereka mewarisi kekayaan orangtua nya, tanpa memiliki ‘pengetahuan’ untuk menjaga dan mengembangkan kekayaannya tersebut. Sampai akhirnya semua harta nya habis dan mereka berdua menjadi pengemis. Kisah ini menjadi latar syair Dhammapada 155:
Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda,
akan merana seperti bangau tua
yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya.
3. Kalyanavaca (Berbicara yang Terpuji)
Kemampuan berkomunikasi dengan baik, dapat menerangkan dan menguraikan dengan baik. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi perselisihan / percekcokan akibat dari komunikasi yang kurang baik. Walaupun memiliki niat baik namun sering kali timbul kesalahpahaman akibat dari cara penyampaian yang keliru. Di-sini-lah dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik termasuk diantaranya bahasa yang digunakan harus baik dan sopan, intonasi dan volume suara yang sesuai, kejelasan kata-kata yang digunakan, dan keterampilan komunikasi lainnya.
4. Samadhi (Memiliki Ketenangan)
Mengapa dalam hidup ini kita perlu memiliki ketenangan? Karena di dalam menjalani kehidupan, kita senantiasa berhadapan dengan banyak persoalan. Dengan berlatih meditasi, membaca paritta-paritta suci berarti kita sedang menyiapkan ‘harta’ berupa ketenangan. Manfaat dari memiliki ketenangan antara lain membuat kita fokus akan apa yang sedang kita kerjakan, beraktifitas bebas dari ketegangan, terhindar dari mis-komunikasi. Oleh karena itu sisihkanlah waktu kita untuk melatih ketenangan. Berikan kesempatan kepada pikiran dan kesadaran kita untuk ‘beristirahat’ memperhatikan saat ini.
5. Pañña (Memiliki Kebijaksanaan)
Kebijaksanaan disini adalah kemampuan untuk meninggalkan kotoran batin (āsava). Kebijaksanaan adalah kekayaan yang terunggul karena kebijaksanaan inilah yang dapat memotong noda-noda batin / kilesa yang dimiliki. Ketika kita mampu melenyapkan kilesa maka kita tidak akan menderita lagi. Keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin tidak muncul lagi. Lenyapnya kilesa melalui penembusan.
Ajaran Sang Buddha di dalam Aṅguttara Nikāya 5.47 – Dhana Sutta; Sutta tentang Kekayaan bahwa ada 5 jenis kekayaan, yaitu :
1. Saddhādhanaṃ – Kekayaan Keyakinan
2. Sīladhanaṃ – Kekayaan Perilaku Moral
3. Sutadhanaṃ – Kekayaan Pembelajaran
4. Cāgadhanaṃ – Kekayaan Kedermawanan
5. Paññādhanaṃ – Kekayaan Kebijaksanaan
SADDHĀDHANAṂ – Kekayaan Keyakinan
Apakah kekayaan keyakinan? Di sini, seorang siswa mulia memiliki keyakinan. Ia berkeyakinan pada pencerahan Sang Tathāgata sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahat, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Ini disebut kekayaan keyakinan.
SĪLADHANAṂ – Kekayaan Perilaku Moral
Apakah kekayaan perilaku moral? Di sini, seorang siswa mulia menghindari membunuh, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku seksual yang salah, menghindari berbohong, menghindari minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Ini disebut kekayaan perilaku moral.
SUTADHANAṂ – Kekayaan Pembelajaran
Apakah kekayaan pembelajaran? Di sini, seorang siswa mulia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah dipelajari, mengumpulkan apa yang telah dipelajari. Ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di pertengahan, dan baik di akhir, dengan makna dan kata-kata yang benar, yang mengungkapkan kehidupan spiritual yang murni dan lengkap sempurna – ajaran-ajaran demikian telah banyak ia pelajari, dihafalkan, diulangi secara lisan, dan diselidiki dalam pikiran, dan ditembus dengan baik melalui pandangan.
CĀGADHANAṂ – Kekayaan Kedermawanan
Apakah kekayaan kedermawanan? Di sini, seorang siswa mulia berdiam di rumah dengan pikiran yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam pelepasan, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi. Ini disebut kekayaan kedermawanan.
PAÑÑĀDHANAṂ – Kekayaan Kebijaksanaan
Apakah kekayaan kebijaksanaan? Di sini, seorang siswa mulia bijaksana, memiliki kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya, yang mulia dan menembus dan mengarah pada kehancuran penderitaan sepenuhnya. Ini disebut kekayaan kebijaksanaan.
-----------------------------------------------
source : https://legacy.suttacentral.net/
Isilah kehidupan kita dengan kebaikan. Ingat, miliki dan upayakanlah selalu hal baik sesuai Buddha Dhamma setiap saat. Jangan biarkan waktu berlalu sia-sia. Dengan mengupayakan hal-hal yang baik sesungguhnya kita telah memiliki kekayaan yang akan membawa kita kepada kondisi yang menyenangkan. Terus ingat dan semangat untuk menumbuh-kembangkan dan menuntun diri kearah yang benar sehingga kehidupan yang kita jalani saat ini penuh dengan keberkahan.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Related Postview all
Mengatasi Takut dan Cemas
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dalam menjalani kehidupan tentunya banyak bermunculan masalah-masalah yang datang silih berganti. Diantara banyaknya masalah-masalah ... [Selengkapnya]
Kembangkan Pengetahuan dan Keterampilan Berselancar di Kehidupan
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) “Attadīpā, viharatha attasaraṇā anaññasaraṇā,dhammadīpā dhammasaraṇā ... [Selengkapnya]
Kerelaan Dasar Pencapaian
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dānañca dhammacariyā caEtammaṅgalamuttamaṁti. Mengembangkan kerelaan dan hidup sesuai DhammaItulah berkah utama. Para ... [Selengkapnya]
Mengatasi Kebencian
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Na hi verena verāni,sammantīdha kudācanaṃ;Averena ca sammanti,esa dhammo sanantano. Sesungguhnya dengan kebencian,kebencian tidak ... [Selengkapnya]
Menyelesaikan Masalah Melalui Dhamma
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Berbicara tentang kehidupan, semua dari kita pasti punya masalah. Siapa yang tidak punya masalah di dunia ini? Selama dilahirkan pasti ... [Selengkapnya]