Mengatasi Takut dan Cemas
Puja Bakti Umum
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 23 Juli 2023
Dhammadesanā: Pmd. Hendry Ganda
Tema Dhamma: Mengatasi Takut dan Cemas
Penulis & Editor: Lij Lij
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Dalam menjalani kehidupan tentunya banyak bermunculan masalah-masalah yang datang silih berganti. Diantara banyaknya masalah-masalah tersebut tentunya perasaan takut dan cemas sudah sering kita alami. Mengalami takut dan cemas adalah hal yang wajar. Pada kesempatan ini kita akan di ajak untuk mendalami Ajaran Sang Buddha yang dapat kita terapkan untuk mengatasi takut dan cemas ini.
DEFINISI TAKUT & CEMAS
Takut adalah rasa gentar atau ngeri menghadapi sesuatu. Cemas adalah hati tidak tentram, gelisah / khawatir. Sang Buddha mengatakan bahwa selama belum mencapai kesucian, manusia masih mengalami takut dan cemas. Jadi kalau kita mengalami takut dan cemas adalah hal yang wajar karena kita belum mencapai kesucian. Tetapi yang penting adalah Jangan Pelihara Takut & Cemas, jangan dibiarkan dan mari kita cari solusi dengan dengan Ajaran Sang Buddha.
Apa saja Takut & Cemas yang kita alami? Diantaranya : Takut Bahaya, Takut Sakit / Tua, Takut Mati, Takut Kehilangan, Takut Gagal, Takut Tidak Disenangi / Dipuji.
Tidak semua Takut & Cemas itu jelek.
Ada Takut yang sehat menurut Ajaran Sang Buddha yaitu: Hiri & Ottapa – Takut & Malu akan akibat Perbuatan Buruk
Sedangkan Takut yang tidak sehat adalah takut yang tanpa alasan / tanpa solusi.
AJARAN SANG BUDDHA TERKAIT TAKUT & CEMAS
Penyebab Utama Takut & Cemas adalah KEMELEKATAN. Karena ke-AKU-an maka muncul Kemelekatan. Karena ke-aku-an kita belum terkikis habis maka kita masih memiliki rasa ego – selalu membela diri sendiri sehingga kita melekat untuk mendapatkan hal-hal yang kita senangi dan menghindar dari hal-hal yang tidak kita sukai. Dalam hal ini kita melekat pada kesenangan duniawi.
Dhammapada 214 : “Dari KEMELEKATAN muncul kesedihan & ketakutan. Bagi yang telah bebas dari hal-hal ini, tiada lagi kesedihan dan ketakutan”
Di dalam Majjhima Nikāya 13 : Mahādukkhakkhandha Sutta dikatakan bahwa ada 3 Objek Kemelekatan manusia yaitu:
1. Kenikmatan Indria : kepuasan yang dinikmati melalui indria mata berupa bentuk / warna, melalui indria telinga berupa suara, melalui indria hidung berupa aroma, melalui indria lidah berupa rasa, dan melalui indria tubuh berupa sentuhan.
2. Bentuk Jasmani : kepuasan atas tubuh sendiri maupun orang lain yang cantik / gagah, sehat, kuat.
3. Perasaan : senang pada hal-hal yang disukai
Ketiga objek yang disebutkan yaitu kenikmatan indria yang kita alami, bentuk jasmani yang baik, serta perasaan yang indah; jika tidak kita waspadai akan menjadi sumber kemelekatan. Melekat dalam arti ingin mengalaminya lagi dan lagi, menjadi ketagihan. Timbul rasa takut & cemas akan kehilangan objek-objek yang menyenangkan tersebut, takut & cemas tidak dapat menikmati / memiliki objek-objek tersebut.
Bukan berarti kita tidak boleh menikmati kenikmatan indria, bentuk jasmani, maupun perasaan; tetapi kita harus bijaksana sehingga tidak ke-bablas-an menjadi ketagihan dan melekat.
Aṅguttara Nikāya 4.184 : Abhaya Sutta menjawab pertanyaan “Mengapa Takut Mati”.
Ada 4 hal yang menyebabkan mengapa kita takut akan kematian:
1. Karena belum bebas dari kesenangan indria;
2. Karena belum bebas dari nafsu terhadap tubuh;
3. Karena belum melakukan kebajikan
4. Karena ragu & bimbang terhadap Buddha Dhamma
Setelah mengetahui penyebab ketakutan akan kematian maka kita dapat melakukan hal yang sebaliknya dari penyebab ketakutan tersebut.
Ada 4 hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketakutan akan kematian:
1. Membebaskan diri dari kesenangan indria; jika kita belum bisa bebas dari kesenangan indria maka kita mulai mengurangi kemelekatan diri pada kesenangan indria. Menikmati dengan hati-hati, waspada dan menyadari bahwa kenikmatan ini tidak selama dapat dinikmati dan jika dikemudian hari tidak dapat dinikmati lagi adalah hal yang wajar.
2. Bebas dari nafsu terhadap tubuh; melihat tubuh ini lebih wajar, menyadari bahwa tubuh ini sebenarnya tidak indah, sebenarnya tubuh ini bentukan dari darah, tulang, lendir, dan komponen-komponen menjijikan lainnya. Sehingga kita tidak tergila-gila dengan tubuh kita maupun tubuh orang lain. Bahwa tubuh ini suatu saat akan lapuk dan hancur.
3. Perbanyak perbuatan baik; tidak melulu dengan materi, dapat dengan mengurangi rasa benci, mengurangi ego, mengurangi keserakahan; sehingga memunculkan kebajikan-kebajikan lainnya.
4. Memiliki keyakinan yang mantap terhadap Buddha Dhamma; mempelajari Buddha Dhamma dengan baik dan benar, pahami, lakukan sehingga dapat mencapai pandangan yang terang atas apa yang telah Sang Buddha ajarkan. Sang Buddha telah mengajarkan jalan menuju akhir penderitaan dalam 4 Kebenaran Mulia sebagai kunci untuk mengatasi ‘penyakit’ kita bersama yaitu penderitaan.
Hal yang dapat kita lakukan sesuai dengan Aṅguttara Nikāya 5.57 antara lain :
Melakukan lima perenungan (Abhiṇhapaccavekkhaṇa) selalu kita bacakan di setiap puja bhakti; selalu kita ulang untuk mengingatkan dan melatih pikiran kita. Dengan merenungkan berarti mengajak pikiran kita untuk sadar dan ingat bahwa; adalah WAJAR mengalami :
1. Usia tua > tidak sombong akan usia muda
2. Penyakit > tidak sombong akan kesehatan
3. Kematian > tidak sombong akan kehidupan
Dengan melakukan perenungan tersebut maka kita akan menjalani kehidupan ini dengan baik, menjalani hidup dengan imbang dan tidak sembrono.
Menyadari bahwa sakit, tua, dan mati bukan hanya “AKU” satu-satunya yang mengalami. Semua orang akan mengalaminya. Dengan menyadari hal ini maka pikiran kita menjadi lebih bijaksana dan lebih wajar menghadapi kehidupan.
4. Perubahan > ‘segala sesuatu yang ku-cintai dan ku-senangi akan berubah, akan terpisah dari -ku’. Dengan merenungi perubahan maka nafsu terhadap yang disayangi akan lenyap.
5. Hukum Karma > menyadari bahwa apa yang kita alami adalah buah dari perbuatan kita; kita sendirilah yang mengendalikan kehidupan kita terutama pada kehidupan saat ini; sehingga kita tidak akan menjalani kehidupan yang buruk / jahat. Dengan merenungkan Hukum Karma maka kita masih memiliki kendali terhadap perbuatan yang sedang / akan kita lakukan saat ini.
HIDUP SAAT INI (Majjhima Nikāya 131 : Bhaddekaratta Sutta)
Banyak orang menyesali bahkan cemas akan kejadian yang telah lalu. Atau bahkan mengkhawatirkan masa depan – masa yang akan datang.
Dalam Bhaddekaratta Sutta, Sang Buddha mengajarkan kita untuk Hidup SAAT INI.
Masa lalu telah ditinggalkan > masa lalu sudah lewat.
Masa depan masih belum dicapai > masa depan belum tentu terjadi.
Lihatlah setiap kondisi yang muncul SAAT INI > hanya saat ini -lah yang dapat kita lakukan karena masih berada di dalam kendali kita.
Saat ini adalah KENYATAAN; segera bangkit DI SINI & SEKARANG.
Ketika kita sedang galau, salah satu cara yang dapat kita lakukan saat ini adalah dengan menenangkan Pikiran. Bagaimana cara menenangkan pikiran??
1. Hibur Pikiran dengan Buddha Dhamma
2. Merenungkan perbuatan baik yang telah dilakukan
3. Konsentrasikan Pikiran melalui Meditasi
Disamping mengetahui cara bersikap menghadapi kesedihan; tidak kalah pentingnya bagi kita untuk mengetahui bagaimana sebaiknya bersikap terhadap kesenangan. Mengapa demikian? Karena kesenangan yang kita rasakan jika tidak disikapi dengan WASPADA akan menimbulkan keinginan untuk mempertahankan kesenangan tersebut sehingga tentu saja memperbesar nafsu keinginan kita terhadap kesenangan tersebut. Kita perlu waspada dan mengimbangi pikiran kita dengan PENGERTIAN bahwa segala sesuatu adalah ANICCA (berubah). Bagaimana sikap kita terhadap kesenangan akan menentukan. Dengan selalu waspada dan mengerti bahwa segala sesuatunya akan berubah, bahwa segala sesuatu baik maupun buruk juga akan berlalu; maka kita akan menjadi lebih NETRAL – lebih imbang. Silahkan menikmati buah karma baik yang telah kita lakukan tetapi jangan sampai menimbulkan problema baru dengan ‘lengket’ terhadap kenikmatan tersebut.
PRAKTIK SEHARI-HARI MENGATASI / MENGURANGI TAKUT & CEMAS
1. Menjaga SĪLA; sebagai umat awam kita wajib menjaga sīla dengan menjalankan Pañcasīla Buddhis. Dengan menjaga sīla kita tidak merugikan diri sendiri dan juga tidak membahayakan orang / makhluk lain.
2. Melakukan Abhaya Dāna; dāna / pemberian berupa suatu kebebasan kepada suatu makhluk dari bahaya atau dari kematian; misalnya dengan cara donor darah, fangshen.
3. Kurangi Keinginan yang berlebihan; tidak memiliki banyak keinginan; yang wajar saja.
4. Kurangi Pengharapan yang terlalu tinggi; yang wajar saja.
5. Tidak khawatir berlebihan apa yang dipikirkan orang lain; yang penting adalah kita tidak ada niat buruk; kita perlu cek ‘kehendak’ kita apa ada yang buruk, cek cara kita berbuat apakah ada yang tidak baik, cek apakah yang kita lakukan tersebut tepat waktu .
6. Waspada Kemelekatan; dengan belajar menerima perubahan, senantiasa melatih pikiran untuk melihat suatu perubahan.
PERLINDUNGAN TERBAIK Dhammapada 188-192
Ke gunung, hutan, semak-semak atau pohon-pohon serta tempat yang dikeramatkan;
Orang-orang pergi karena dicengkram TAKUT
Tempat-tempat itu BUKANLAH perlindungan yang aman.
Tetapi siapapun yang berlindung pada BUDDHA, DHAMMA, dan SANGHA akan mengerti Empat Kebenaran Mulia
Inilah perlindungan yang AMAN dan TERBAIK.
Berlindung di sini, orang terbebas dari penderitaan.
Perlindungan dalam Buddhis adalah perlindungan yang “AKTIF”. Kita akan terlindungi jika kita Aktif dalam melakukan apa yang Sang Buddha Ajarkan.
Demikian pemaparan Buddha Dhamma yang disampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua untuk mengatasi takut & cemas dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Related Postview all
Kembangkan Pengetahuan dan Keterampilan Berselancar di Kehidupan
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) “Attadīpā, viharatha attasaraṇā anaññasaraṇā,dhammadīpā dhammasaraṇā ... [Selengkapnya]
Kerelaan Dasar Pencapaian
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dānañca dhammacariyā caEtammaṅgalamuttamaṁti. Mengembangkan kerelaan dan hidup sesuai DhammaItulah berkah utama. Para ... [Selengkapnya]
Mengatasi Kebencian
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Na hi verena verāni,sammantīdha kudācanaṃ;Averena ca sammanti,esa dhammo sanantano. Sesungguhnya dengan kebencian,kebencian tidak ... [Selengkapnya]
Menyelesaikan Masalah Melalui Dhamma
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Berbicara tentang kehidupan, semua dari kita pasti punya masalah. Siapa yang tidak punya masalah di dunia ini? Selama dilahirkan pasti ... [Selengkapnya]
Tisarana
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Puññañ ce puriso kayirākayirāth’enaṁ punappunaṁtamhi chandaṁ kayirāthasukho puññassa ... [Selengkapnya]