Menyelesaikan Masalah Melalui Dhamma
Puja Bakti Umum
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 21 Agustus 2022
Dhammadesanā: P.Md Suhendri
Tema Dhamma: Menyelesaikan Masalah Melalui Dhamma
Penulis & Editor: Lij Lij
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Berbicara tentang kehidupan, semua dari kita pasti punya masalah. Siapa yang tidak punya masalah di dunia ini? Selama dilahirkan pasti memiliki masalah. Seorang bayi yang baru lahir pun punya masalah; bahkan ketika belum dilahirkan juga sudah punya masalah; terkait keselamatannya, kompetensi ibu dalam merawat kandungan, dan lain sebagainya. Ketika kita balita, tumbuh menjadi remaja, dewasa dan bahkan sampai kita tutup usia, pasti menemui banyak masalah.
Lalu apakah ketika sudah meninggal dunia berarti sudah tidak ada masalah? Tidaklah demikian. Mereka yang sudah meninggal dunia bukan berarti masalahnya selesai. Masih ada masalah-masalah yang berlangsung baik secara kasat mata maupun yang terlihat misalnya masih ada masalah hutang-piutang; atau ketika meninggal dunia dengan rasa kekecewaan dan kesedihan maka akan terbawa menjadi masalah di kehidupan berikutnya.
Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda. Secara garis besar kita bedakan menjadi 2 kategori yaitu :
1. Masalah Jasmani
Masalah jasmani tentu lebih mudah diketahui. Jasmani ini mengalami kelapukan, mengalami pelemahan. Di semua usia baik muda maupun tua tidak terhindari dari berbagai macam penyakit. Ketika usia muda jasmani ini masih gagah, namun adalah sulit dipertahankan ketika memasuki usia tua.
2. Masalah Batin
Kesedihan, kecewa, putus asa, marah, benci, dendam, iri hati, serakah, dan penyakit batin lainnya adalah masalah batin yang menjadi akar permasalahan dalam kehidupan ini. Permasalahan yang menyebabkan batin ini menjadi tidak terkendali, tidak sehat.
Ketika kita dapat membedakan masalah jasmani dan masalah batin sesungguhnya kita dapat mulai mengetahui bahwa untuk mengatasi masalah jasmani kita dapat mengikuti cara-cara yang umum misalnya: dengan berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, dan lain-lain. Namun bagaimana dengan masalah batin??
Penyelesaian masalah secara Ilmiah dimulai dengan cara mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, melakukan hipotesis (dugaan sementara terhadap suatu masalah) dan pengujian hipotesis (mengambil keputusan untuk mengatasi masalah).
Bagaimana menyelesaikan masalah melalui Dhamma?
Langkah pertama adalah mengenali masalah yang sedang terjadi misalnya : merasakan emosi dalam diri.
Langkah kedua setelah mengetahui adanya masalah maka kita perlu menyadari dan menemukan penyebab dari masalah tersebut; misalnya : menyadari bahwa emosi yang kita rasakan itu ternyata adalah kemarahan, dan apa penyebab dari kemarahan tersebut? Pada umumnya ketika kita berhadapan dengan masalah, alih-alih mencari penyebabnya justru berusaha mencari siapa yang mau disalahkan.
Langkah ketiga adalah mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan mencari cara penyelesaiannya.
Langkah keempat adalah menemukan cara untuk mengatasi masalah.
Ajaran Sang Buddha mengenai 4 Kebenaran Mulia dapat menjadi pedoman bagi kita untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Yang perlu kita garis bawahi adalah kita harus tahu permasalahan yang sebenarnya kita hadapi, tahu penyebab dari masalah tersebut dan tahu cara untuk mengatasinya. Yang paling sulit dilakukan adalah mencari cara untuk mengatasi masalah.
4M Menyelesaikan Masalah Melalui Dhamma:
1. Menerima kenyataan
2. Mencari tahu sebabnya
3. Menyikapi dengan baik
4. Mengusahakan penyelesaian masalah; melalui : ilmu pengetahuan, kebijaksanaan
Menerima kenyataan bukan berarti terima masalah dan kemudian diam tanpa berusaha untuk mencari tahu penyebab dan jalan keluar dari masalah. Ketika kita sakit maka terimalah bahwa jasmani kita sakit, kita mencari tahu penyebab jasmani yang sakit dengan bantuan pemeriksaan dokter, menerima diagnosa dokter dan berusaha mengobati sakit secara medis.
Coba kita mengganti konsep berpikir kita bahwa masalah adalah tantangan yang datang dalam kehidupan kita; mampukah kita menyelesaikan tantangan kehidupan?
Menyikapi Masalah
1. Citta = Pikiran
Pikiran dapat menjadi sebab juga dapat menjadi akibat. Seseorang memiliki masalah bisa disebabkan karena pikirannya yang kacau. Untuk menyikapinya maka pikiran perlu ditenangkan. Bagaimana cara menenangkan pikiran? Yaitu dengan meditasi.
2. Utu = Temperatur
Masalah dapat timbul ketika temperatur kurang baik yang mengkondisikan lingkungan menjadi tidak sehat. Ketika kita sedang bermasalah alangkah sangat membantu kalau kita berada dalam lingkungan yang sehat.
3. Kamma = Perbuatan
Masalah mungkin timbul sebagai hasil dari perbuatan buruk kita di masa lalu. Juga terkait dengan bagaimana respon kita terhadap hasil karma yang telah kita lakukan.
4. Ahara = Makanan
Terkait dengan ‘makanan’ fisik maupun batin. Berhati-hati atas apa yang kita makan. Bukan hanya makanan fisik tetapi juga apa yang kita lihat, kita dengar, dan 'makanan' lainnya yang masuk melalui pancaindera kita.
Ingatlah untuk tidak membuat masalah baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Kalau bisa justru memberi kemudahan bagi orang lain. Tidak perlu memusingkan masalah-masalah kecil. Jangan menyalahkan kondisi di luar diri atas masalah yang muncul.
Masalah Besar yang sebenarnya harus kita selesaikan dalam kehidupan ini adalah MENGAKHIRI SAMSARA. Kehidupan kita di dalam samsara ini sudah tak terhitung banyaknya. Kapan kita dapat mengakhiri lingkaran samsara?? Kapan kita dapat terbebas dari penderitaan?? Untuk dapat mengakhiri lingkaran samsara tentu kita harus dapat terlebih dahulu terbebas dari penderitaan.
Akar dari penderitaan kita adalah karena kita masih memiliki keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Di dalam Abhidhamma disebutkan ada 12 kesadaran tidak baik yang menjadi akar dari penderitaan yaitu 8 kesadaran yang berakar pada keserakahan, 2 kesadaran yang berakar pada kebencian, dan 2 kesadaran yang berakar pada kebodohan batin. 12 kesadaran tidak baik inilah yang menjadi provokator mengapa kita berputar-putar terus dalam samsara ini.
Kadang muncul pertanyaan dalam diri kita mengapa kita masih bisa punya pikiran jahat terhadap orang lain padahal kita sudah belajar Dhamma? Karena kita hidup bukan dengan kesadaran; melainkan hidup dengan pikiran, keinginan, dan kemelekatan.
Sebab dari dukkha adalah Tanha (nafsu keinginan). Ketika kita punya nafsu keinginan maka kita akan terus lahir dan lahir lagi. Walaupun saat ini kita tidak tahu sampai kapan penderitaan akan berakhir, namun hendaknya kita berupaya ke arah sana; berupaya kearah pengakhiran lingkaran samsara.
Lahir – tua – sakit – mati; lahir – tua – sakit – mati ; mau sampai kapan? Bagaimana jika terlahir di alam rendah? Bagaimana kalau tidak terlahir sebagai manusia lagi? Bagaimana jika terlahir lagi sebagai manusia tetapi tidak ada Buddha Dhamma? Renungkanlah!!!
Bagaimana mengatasi sebab penderitaan?
1. DANA untuk mengatasi keserakahan. Memberilah, menolonglah karena ini adalah salah satu jalan menuju pengakhiran penderitaan.
2. SILA untuk mengurangi kebencian. Senantiasa menjaga sila dan aktif menjalankan Pancasila Buddhis melalui pancadhamma.
3. BHAVANA untuk mengatasi kebodohan batin.
Gunakan waktu yang ‘singkat’ dan ‘terbatas’ ini untuk melakukan kebajikan. Kembangkan kebijaksanaan melalui pendengaran yaitu dengan mendengarkan Dhamma ajaran Sang Buddha, kebijaksanaan melalui pikiran yaitu dengan merenungkan Dhamma ajaran Sang Buddha, serta kembangkan kebijaksanaan melalui pengembangan batin yaitu dengan meditasi.
Mulailah berdana, menjaga sila, melaksanakan bhavana.
Mulailah hidup dalam kesadaran.
Mulailah mengembangkan batin.
Semoga yang telah disampaikan bermanfaat. Semoga tercapai akhir dari tanha.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu.
Related Postview all
Tisarana
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Puññañ ce puriso kayirākayirāth’enaṁ punappunaṁtamhi chandaṁ kayirāthasukho puññassa ... [Selengkapnya]
Kebencian dan Solusinya
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Kālena dhammassavanaṁ Etammaṅgalamuttamaṁti.Mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai, Itulah Berkah Utama. Pada kesempatan ... [Selengkapnya]
Perayaan Sangha Dana di Bulan Kathina 2564 BE / 2020
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dānañca dhammacariyā ca etammaṅgalamuttamaṁti. Perayaan Saṅgha dāna di tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun ... [Selengkapnya]
Lima Kekuatan Dalam Kebajikan di Masa Covid-19
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia adalah hari libur nasional di Indonesia untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setiap tahun pada ... [Selengkapnya]
6 Kualitas Yang Mengarah pada Ketidak-munduran
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) “Suvijāno bhavaṃ hoti, suvijāno parābhavo; Dhammakāmo bhavaṃ hoti, dhammadessī ... [Selengkapnya]