Berita / Ceramah

The Powerfull of Dana


Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa 3x

Kālena Dhammasākacchā Etammaṅgalamuttamaṁ.

Membahas Dhamma pada waktu yang sesuai, Itulah Berkah Utama.

 

Kajian penting bagi umat perumah tangga mengenai berdana.

 

Sebagian orang yang sudah kenal meditasi mungkin muncul pemikiran bahwa berdana tidaklah penting karena akan menyebabkan kelahiran kembali sebagai hasil karma baik yang diperbuat melalui berdana tersebut.

Pemikiran bahwa Meditasi lah yang utama karena dapat mencapai pencerahan. Sehingga mereka memiliki pandangan bahwa dana tidak penting yang penting meditasi. Dengan ber-argumen bahwa berdana tidak ada di dalam Jalan Mulia berunsur delapan.

 

Jadi untuk apa berdana?

 

Sebenarnya pemikiran demikian tidaklah tepat. Berdana merupakan fondasi / benih perkembangan spiritual yang menopang upaya membebaskan pikiran dari kekotoran bathin khususnya keserakahan.

 

Setelah Pertapa Sidharta menjadi Buddha, Beliau mengajarkan Dhamma kepada 5 pertapa, di sana Sang Buddha tidak berbicara sedikitpun tentang Dana kepada kelima pertapa tersebut, karena kelima pertapa telah mempunyai pemahaman yang benar mengenai pelepasan.

Namun pada saat Sang Buddha bertemu dengan pemuda 'Yasa' yang merupakan seorang perumah tangga, di sana Beliau mengajar  Dhamma yang dikenal dengan Dhamma awal atau Anupubbikatha di sana diawali yang pertama adalah mengenai pentingnya berdana. Agar tumbuh keyakinan pada sasana.

 

Anggapan di masyarakat bahwa berdana hanyalah tindakan kemanusiaan, hanya berbagi, atau sikap tidak rela melihat penderitaan orang lain; adalah anggapan yang kurang tepat.

Dana adalah kebajikan paling dasar sebagai fondasi terjadinya kebajikan-kebajikan lain.

Berdana tidaklah sekedar memberi tetapi berdana memiliki kekuatan yang dapat dinikmati saat ini ataupun nanti.

Semakin kuat kesadaran, ketulusan dan kerelaan seseorang dalam berdana maka kebajikan-kebajikan yang lain akan mudah untuk dilakukan.

Dana berada di posisi pertama dalam 10 kualitas kesempurnaan (parami), juga dalam 3 landasan perbuatan berjasa (puñña kiriyā vatthu) : Dāna, Silā, Bhāvānā, serta menjadi langkah pertama dalam Pañca Anupubbīkathā.

 

Dalam Samyutta Nikaya, Aditta Sutta terdapat perumpamaan jika ada rumah yang terbakar maka pasti penghuni rumah akan menyelamatkan barang-barangnya.

Apa yang berusaha diselamatkan oleh penghuni rumah? Antara lain surat berharga, emas, dan semua yang dianggap berharga.

Demikian halnya kehidupan kita juga akan terbakar oleh ketuaan dan kematian.

 

Lalu apa yang akan kita selamatkan?

Harta kekayaan, anak-istri, tidak akan mengikuti.

Yang dapat kita bawa hanyalah pemberian kita.

Orang bijak akan mengerti apa yang akan dibawa; tidak lain adalah apa yang diberikan. Buah dari kebaikan akan menerima kebahagiaan.

 

Dalam komentar di Sakkapanha Sutta (khotbah tentang pertanyaan Dewa Sakka) dinyatakan makhluk surga/dewa jika meninggal kemana alam yang mereka harapkan, jawabannya justru ingin lahir di alam manusia. Mengapa?

Karena hanya di alam manusia lah kesempatan untuk berbuat kebajikan yang dapat mengkondisikan kelahiran kembali di alam surga. Keberuntungan terlahir sebagai manusia adalah dapat berdana dan menjalankan sila dan bhavana.

 

Merasakan kenikmatan apapun di dunia ini tidak terlepas dari tanaman memberi.

Salah satu noda batin dalam kehidupan ini adalah 'kikir'.

Karena kelalaian tidak memberi / kikir, maka akan mengakibatkan 'kehausan dan kelaparan'.

Kalahkanlah kekikiran dengan berdana.

 

Dalam 91 kalpa yang lampau tidak ada 1 pun kerugian dari si pemberi (Kula sutta, Samyutta Nikaya)

 

Setiap orang jika tau manfaat memberi, ia tidak akan pernah menyesal, karena memberi maka segala kenikmatan, kegembiraan, kekayaan diperoleh.

 

Memberilah dengan keyakinan.

Keyakinan akan tumbuh jika kita memberi dengan melihat manfaatnya.

Memberi harus dengan keyakinan, karena tidak ada 1 kerugian apapun dari memberi.

 

Dana sangat penting untuk perumahtangga, karena jika tidak punya dana parami maka meditasi pun sulit berhasil.

 

Dana dapat merubah segalanya.

Janganlah ragu-ragu untuk berdana agar buahnya pun meyakinkan.

 

Manfaat Dana:

1. Dana makanan --> tidak akan kelaparan, panjang usia.

2. Dana pakaian --> mengalami kecantikan/keelokan.

3. Dana transportasi --> memperoleh kemudahan.

4. Dana tempat tinggal --> memberi segalanya, karena rumah adalah tempat segalanya berada.

 

Apalagi jika kita berdana untuk Vihara.

Dulu Sang Buddha menerima Vihara pertama Veluvana dari Raja Bimbisara, karena keberadaan Vihara memberikan banyak manfaat.

Vihara sebagai tempat pengembangan Buddha Dhamma, tempat praktek Dhamma, tempat diskusi Dhamma, dan segala hal yang terkait dengan Dhamma.

Vihara menjadi asset yang sangat penting karena Buddha Sasana tidak akan hilang selama ada Vihara.

Dan selama ada Buddha Sasana kita dapat belajar Dhamma.

 

"Sabba dana Dhamma danaṁ jinati"

dari segala dana, dana Dhamma lah yang tertinggi

 

Jika kenikmatan yang kita miliki tidak dibagi sebagian dengan yang lain, maka ketika kita mati 'tidak membawa apa-apa'.

Jika kita dapat melihat dan menyadari hal ini maka kita tidak akan ragu-ragu.

 

Kematian bagaikan api yang membakar rumah, dapat terjadi kapanpun. Namun kita tidak akan takut jika punya 'kekayaan' yang telah disiapkan.

Jika kita berhenti untuk memberi maka kita akan berhenti untuk menerima.

Gunakanlah waktu hidup kita sebaik-baiknya dan berdanalah dari sebagian milik kita.

 

Q & A:

Q: Apa pengertian dari berdana dengan bijaksana?

A: Ada 3 hal mendasar yang dipertimbangkan dalam berdana:

1. Pemberi dana:

Dimana pemberi dana harus memiliki keyakinan bahwa dana yang dilakukan akan menimbulkan rasa senang; baik sebelum berdana, saat berdana, dan setelah berdana.

2. Penerima dana

Kita harus yakin layakkah penerima yang menerima dana kita. Ibarat 'memberi makan kepada orang yang kenyang' adalah tidak tepat.

Penerima dana yang dapat 'memberi buah' tepat waktu antara lain:

- tamu yang datang berkunjung

- orang sakit

- orang kena musibah

=> Akibatnya adalah karma baik berdana yang kita lakukan akan berbuah tepat waktu pada saat dibutuhkan.

 

3. Objek / Barang yang didanakan

Barang yang didanakan hendaknya layak dan didapat dari usaha yang benar.

 

Q: Apa yang sebaiknya ada dalam pikiran kita pada saat kita berdana?

A: dimisalkan ketika kita ingin berdana untuk kegiatan kemanusiaan, niat baik kita bisa pudar jika kita tidak yakin dengan penyelenggara kegiatan tersebut. Oleh karena itu agar setelah memberi tidak timbul keraguan-raguan maka sebaiknya carilah lembaga yang meyakinkan.

Tetapi jika watak kita suka memberi maka tidak akan timbul keragu-raguan, memberilah kepada siapapun.

 

Q: Apakah berdana boleh didasari harapan-harapan atau harus tulus tanpa pengharapan?

A: Terkait dengan cetana pikiran yang menyertai, berdana dengan senang didasari keyakinan. Bagi perumahtangga, berdana dengan cetana mengharap hasil adalah hal yang lumrah, misalnya mengharapkan kehidupan yang sejahtera.

Contoh:

- Bhante Anuruddha yang di kehidupan masa lampaunya menjadi orang miskin dan saat berdana terhadap Paceka Buddha ber-adhitthana agar:  tidak terlahir keluarga miskin; dan tidak pernah mendengar kata 'tidak ada'.

- Bhante Kondanna adalah siswa pertama Sang Buddha yang pertama mencapai kesucian setelah Sang Buddha; karena beliau ketika mendapat apapun, hasil  yang pertama, untuk didanakan.

- Bhante Sariputta & Mogallana adalah siswa Sang Buddha yang terunggul karena selalu memberikan yang terunggul.

Kamma adalah niat; segala yang diniatkan akan memberikan vipaka.

Boleh ber-adhitthana yang baik sesuai dengan yang kita butuhkan.

 

Anumodana YM. Bhikku Atthadhiro

yang telah berkenan memberikan Dhamma yang indah ini.

Anumodana Romo EQ

 

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sādhu...Sādhu...Sādhu

 

Dhamma Talk   

Vihara Sasana Subhasita

Minggu, 21 Oktober 2018

Pembicara :  YM. Bhikkhu Atthadhiro




Related Postview all

What Is The Best Thing To Do Now

access_time29 Oktober 2018 - 15:30:18 WIB pageview 7762 views

Disebutkan dalam ABHIṆHAPACCAVEKKHAṆA PĀṬHA (Kalimat Perenungan Kerap Kali) bahwa: Kita wajar mengalami usia tua, takkan mampu menghindari usia tua; wajar menyandang penyakit, ... [Selengkapnya]

Unleash The Real You

access_time11 Oktober 2018 - 09:50:07 WIB pageview 7837 views

Unleash The Real You Mengeluarkan diri kita yang sesungguhnya   Diri yang sesungguhnya menunjuk kepada hal yang terbaik dan maksimal dalam diri kita sendiri. Bak 'superhero' yang ... [Selengkapnya]

Raja Pasenadi dari Kosala

access_time10 Oktober 2018 - 00:28:54 WIB pageview 11267 views

Banyak raja yang menyatakan diri berlindung kepada Buddha, Dhamma, Saṅgha (Tiratana) di jaman Sang Buddha, antara lain: Raja Bimbisara dari Kerajaan Magadha, Raja Suddhodana dari ... [Selengkapnya]

Semoga Semua Makhluk Hidup Bahagia

access_time27 September 2018 - 23:36:12 WIB pageview 9605 views

Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah kebenaran mutlak yang Universal. Dhamma bukan milik siapapun, tetapi milik semua makhluk, dan meliputi semua aspek dalam kehidupan ... [Selengkapnya]

Jika Hidupku Satu Hari Lagi

access_time27 September 2018 - 22:52:07 WIB pageview 11104 views

"To understand everything is to forgive everything." - Buddha Untuk dapat memahami segalanya adalah dengan memaafkan segalanya. Keberhasilan seorang manusia diukur dari bagaimana mereka ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu